(Yogyakarta, 6/09/2025) – Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menjadi ruang kreatif yang mempertemukan seni, ekspresi diri, dan teknologi fotografi. Pada Sabtu (6/9), TBY menggelar Workshop Journaling Photography, sebuah kegiatan yang mengajak peserta mengeksplorasi cara mengolah karya fotografi melalui seni journaling. Workshop ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Rana Budaya #3 yang tengah berlangsung di Gedung Societeit Militaire, TBY.
Dipandu oleh Ranting Mangga, penggiat journaling sekaligus penulis dan crafter, peserta diajak memahami bagaimana jurnal dapat menjadi sarana mendokumentasikan foto sekaligus menyampaikan kisah di baliknya. Workshop ini dimoderatori oleh Anbiyaa Gusti Maha, seorang content creator sekaligus penggiat seni yang memberi suasana hangat dalam diskusi.

Journaling sebagai Kebutuhan, Bukan Sekadar Hobi
Dalam sesi pemaparannya, Ranting Mangga membagikan pengalamannya mengenal journaling sejak beberapa tahun lalu. Baginya, aktivitas ini tidak hanya sekadar hobi, melainkan kebutuhan yang membantu dirinya memahami hidup dengan lebih baik.
“Journaling itu buat aku sudah jadi kebutuhan. Lewat journaling, aku terbiasa mengurai berbagai hal dalam hidup, sehingga semuanya terasa lebih mudah,” ungkap Ranting di hadapan para peserta.
Ia juga menjelaskan bahwa journaling memberi kebebasan untuk mengekspresikan diri dengan berbagai medium—baik tulisan, ilustrasi, stiker, hingga potongan foto—yang dirangkai menjadi satu karya personal. Kombinasi antara visual dan narasi inilah yang membuat journaling semakin relevan di era digital, di mana setiap momen dapat terdokumentasi namun kerap kehilangan makna.
Fotografi Sebagai Arsip Emosi
Mengusung tema Journaling Photography, workshop ini mengajak peserta untuk melihat fotografi tidak hanya sebagai dokumentasi visual, tetapi juga arsip emosi dan cerita personal. Foto yang ditempel dalam jurnal bisa menjadi pintu masuk untuk mengenang perasaan, suasana, hingga nilai dari sebuah peristiwa.

Peserta diberi kesempatan untuk membawa foto-foto pribadi, kemudian mempraktikkan teknik dasar journaling seperti layouting, lettering, dan penggunaan elemen dekoratif. Ranting juga membagikan tips agar journaling tidak menjadi beban, melainkan aktivitas menyenangkan untuk melepas penat dan mengasah kreativitas.
“Kalau kita terbiasa journaling, kita belajar mendengarkan diri sendiri. Foto-foto yang kita arsipkan jadi lebih dari sekadar gambar; mereka menjadi cerita hidup kita,” tambahnya.
Antusiasme Peserta dan Peran Taman Budaya
Workshop yang digelar gratis ini menarik minat puluhan peserta, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga komunitas kreatif. Suasana ruangan terasa akrab, peserta saling berbagi cerita dan karya, menjadikan acara ini tak hanya sebagai ajang belajar tetapi juga sarana membangun jejaring kreatif.
Bagi TBY, penyelenggaraan workshop ini menjadi bukti komitmen lembaga dalam memfasilitasi ruang ekspresi bagi masyarakat, terutama generasi muda yang semakin akrab dengan teknologi digital. Melalui pendekatan kreatif seperti journaling, TBY berupaya menghidupkan budaya arsip dan dokumentasi personal yang sarat nilai seni.

Memaknai Momen dalam Lembar Jurnal
Di akhir sesi, peserta meninggalkan ruangan dengan lembar jurnal yang sudah mulai terisi foto dan coretan cerita pribadi. Meski sederhana, kegiatan ini memberikan pengalaman berharga untuk memaknai setiap momen hidup dengan cara yang lebih intim dan personal.
“Setiap halaman jurnal bisa jadi ruang refleksi. Fotografi membantu kita mengabadikan momen, dan journaling membantu kita memahami maknanya,” tutup Ranting Mangga.
Dengan berakhirnya Workshop Journaling Photography, TBY berharap semakin banyak masyarakat yang menjadikan kegiatan ini sebagai medium kreatif dan alat dokumentasi personal. Dalam suasana yang santai namun sarat makna, acara ini berhasil menginspirasi peserta untuk melihat seni tidak hanya sebagai karya, tetapi juga sebagai cermin kehidupan sehari-hari.