(Yogyakarta, 01/12/2025) — Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar acara peluncuran sekaligus bedah buku Dokumentasi Tari Klasik Gaya Yogyakarta di Ruang Seminar pada hari Senin (01/12). Acara ini dihadiri oleh para akademisi, mahasiswa, peneliti, dan budayawan, menandai upaya TBY dalam merevitalisasi dan mendokumentasikan aset budaya secara profesional serta sebagai langkah krusial dalam pengarsipan kekayaan seni tari. 

Dibuka dengan suasana hangat dan komunikatif oleh Fitria Nareswari, acara ini memperkenalkan buku hasil karya kolaboratif dari Prof. Dr. Drs. Raden Mas Pramutomo, M.Hum., guru besar di bidang Etnokoreologi, dan Sriyadi, S.Sn., M.Sn., Asisten Profesor Program Studi Tari. Buku ini membawa angin segar bagi peneliti seni, khususnya tari, karena mengupas metodologi penelitian tari berbasis arsip sekaligus menjelaskan secara detail mengenai tari klasik gaya Yogyakarta. 

Komitmen TBY pada Profesionalisme Arsip

Dalam sambutannya, Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Purwiati, menjelaskan bahwa peluncuran dan bedah buku ini merupakan langkah awal untuk mengatasi pendokumentasian koleksi di TBY yang kurang memadai. Ia mengakui bahwa banyak koleksi TBY yang sebenarnya sangat berharga, namun sebagian sudah mengalami kerusakan karena belum diolah secara profesional.  

“Peluncuran dan bedah buku ini menjadi langkah awal yang sangat penting bagi Taman Budaya Yogyakarta untuk membenahi sistem pendokumentasian koleksi secara lebih profesional. Kami menyadari bahwa TBY memiliki banyak arsip dan karya yang sangat berharga, dan melalui upaya ini kami berkomitmen untuk mengelolanya dengan lebih baik, lebih terstruktur, dan berkelanjutan. Ke depan, pengarsipan di TBY tidak hanya berfungsi sebagai penyimpanan, tetapi juga sebagai pusat referensi budaya yang hidup bagi masyarakat, akademisi, dan generasi muda,” ujarnya. 

Ia berharap, melalui bedah buku ini, TBY dapat memberikan kontribusi positif dalam dunia kebudayaan, sekaligus mendorong profesionalisme dalam pengarsipan aset budaya. 

Adopsi Archival Studies: Memperkuat Metodologi Penelitian Tari

Dalam sesi bedah buku, Prof. Pramutomo menyoroti peran penting arsip sebagai sumber utama dalam studi seni, yang sayangnya kerap terabaikan. Ia menegaskan, arsip yang tersebar dan terbengkalai dalam berbagai bentuk mulai dari fisik hingga rekam jejak digital di berbagai platform media sosial seharusnya segera diprioritaskan. 

“Selama ini saya melihat bahwa banyak sekali arsip itu terbengkalai. Kita memandang mungkin sebelah mata, atau seperempat mata, padahal itu sumber penting,” ujarnya. 

Prof. Pramutomo juga menjelaskan aspek metodologi buku tersebut. “Aslinya, metode penelitian arsip itu adalah miliknya ilmu sejarah, di buku ini, archival studies diadopsi dan dispesifikasikan untuk penelitian tari,” tambahnya. 

Melalui buku ini, ia berharap para pegiat tari klasik akan terinspirasi untuk selalu menggali, mengidentifikasi, mempelajari, dan menyajikan tari klasik gaya Yogyakarta di masa depan.

Perluasan Definisi Tari Klasik dan Inovasi Kode Barcode

Selanjutnya pemaparan berikutnya dari Soemaryatmi, S.Kar., M.Hum., menjelaskan bahwa buku ini berfokus pada sepuluh repertoar tari klasik gaya Yogyakarta yang dipilih. Ia menegaskan, bahwa karya ini secara sengaja memperluas definisi tari klasik, membuktikan bahwa tari klasik tidak hanya lahir dan dimiliki keraton, tetapi juga oleh masyarakat umum dan para seniman di luar istana.

“Kita tidak boleh menganggap tari klasik Gaya Yogyakarta itu hanya ada di keraton saja. Tari Golek Putri Gaya Yogyakarta, misalnya, lahir di luar istana, karena penciptanya ada di luar istana,” tuturnya.

Soemaryatmi juga menyampaikan apresiasi terhadap inovasi buku yang menyertakan Kode Cepat Tanggap (QR Code) untuk setiap tarian. Inovasi ini memungkinkan pembaca, terutama mahasiswa dan publik untuk langsung mengakses tarian secara visual, lengkap dengan kostum, ragam gerak, dan gerak penghubung. 

Ditemui setelah acara peluncuran buku, Hasna Agustina, salah satu peserta dari ISI Surakarta, turut menyampaikan harapan. Ia berharap buku ini dapat membuka jalan bagi peneliti, khususnya mahasiswa untuk menggunakan metode penelitian arsip sebagai pendukung dalam menyusun skripsi. 

Peluncuran buku Dokumentasi Tari Klasik Gaya Yogyakarta ini bukan sekadar penambahan literatur, melainkan tonggak penting bagi TBY dalam menjawab tantangan pendokumentasian yang selama ini kurang memadai. Selain itu, diharapkan menjadi pemicu bagi komunitas seni dan budaya untuk lebih serius memanfaatkan arsip sebagai salah satu pilar pelestarian. Diharapkan pula upaya ini memicu semangat baru di kalangan pegiat seni terus menggali serta menyajikan kekayaan tari klasik di masa mendatang.