(Yogyakarta, 24/09/2024) - Taman Budaya Yogyakarta kembali dipenuhi dengan semarak dan keindahan dalam acara Pentas Seni Selasa Wagen Desa Budaya. Acara ini tidak hanya menjadi panggung bagi seni tradisional, tetapi juga sebagai wadah untuk mempromosikan potensi ekonomi dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang ada di berbagai kalurahan. 

Selasa Wagen kali ini berbeda dengan Selasa Wagen sebelumnya karena dalam waktu yang sama yaitu 24 September bertepatan dengan peringatan satu tahun diresmikannya Sumbu Filosofi Yogyakarta oleh UNESCO. Dalam prosesnya membutuhkan keterlibatan banyak pihak dalam pengelolaan dan pelestariannya sehingga sampai dititik diresmikan oleh UNESCO. 

Hadir dalam acara ini Ibu Dra. Y. Eni Lestari Rahayu, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat Tradisi, Dinas Kebudayaan DIY. Dalam sambutannya, Ibu Eni menyampaikan bahwa hingga saat ini, sebanyak 86 dari 100 desa budaya telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ia juga mengungkapkan rencana untuk menggelar kembali acara ini pada bulan Oktober, menunjukkan komitmen yang kuat untuk melestarikan dan mengembangkan budaya lokal.

Pentas seni pada edisi kali ini diisi oleh perwakilan dari 14 kalurahan budaya. Dari Kabupaten Kulon Progo, tampil Kalurahan Glagah, Tuksono, dan Sendangsari. Sementara dari Kabupaten Gunung Kidul, penampilan ditampilkan oleh Kalurahan Semanu, Wiladeg, Nglanggeran, dan Ngalang. Kabupaten Sleman tak kalah meriah dengan penampilan dari Kalurahan Wonokerto, Sendangagung, dan Madurejo. Dari Bantul dan Kota Yogyakarta, kalurahan Cokrodiningratan, Seloharjo, Warungboto, dan Mulyodadi juga turut berpartisipasi, menambah warna dalam acara yang sudah menjadi tradisi ini.

Setiap penampilan tidak hanya menampilkan keindahan seni, tetapi juga sarat akan makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal. Tari, musik, dan teater yang ditampilkan menggambarkan kekayaan budaya masing-masing kalurahan. Penonton tidak hanya disuguhi hiburan, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang identitas budaya daerah mereka.

Selain pentas seni, acara ini juga dimeriahkan oleh bazar UMKM tradisional. Di sini, pengunjung dapat menemukan produk khas dari masing-masing kalurahan, mulai dari kerajinan tangan, makanan tradisional, hingga barang-barang seni lainnya. Bazar ini bukan hanya sekadar tempat berbelanja, tetapi juga menjadi ruang bagi pelaku UMKM untuk mempromosikan produk mereka, sekaligus mendukung perekonomian lokal.

Prosesi pemotongan tumpeng pada acara ini menjadi penanda diperingatinya Peresmian Sumbu Filosofi Yogyakarta. Selain itu, adapun rangkaian sajian acara penghibur seperti ngobrol bareng, Tarian Soyong,Tarian Bhayangkari, Tarian Caping Ayu, Tarian Angguk Putri, Reog Cahaya Muda Kelana, Pethilan Sendratari, Ramayana "Taman Soka", Tarian Turonggo Yakso dan berbagai music band. 

Selasa Wagen telah menjadi simbol kolaborasi antara seni dan ekonomi, di mana kedua aspek ini saling mendukung dan memperkuat. Dengan semangat budaya, acara ini terus berusaha untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang sudah ada sejak lama. Pentas Seni Selasa Wagen tidak hanya berfungsi sebagai ajang pentas seni, tetapi juga sebagai media untuk menyebarluaskan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan mengembangkan budaya lokal.

Acara ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar, khususnya para pelaku seni dan UMKM. Dengan memberikan ruang bagi mereka untuk tampil dan berjualan, Selasa Wagen turut berkontribusi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Harapannya, dengan terus diadakannya acara ini, akan semakin banyak desa budaya yang terlibat dan semakin banyak masyarakat yang teredukasi tentang pentingnya melestarikan budaya lokal sekaligus menjadi salah satu upaya dalam memperkenalkan dan melestarikan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia.