(Yogyakarta, 13/04/2025) — Suasana ceria kembali terdengar dari area Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada Minggu pagi, 13 April 2025. Setelah jeda selama bulan Ramadan, program rutin mingguan Art for Children kembali digelar dengan antusiasme tinggi dari anak-anak, orang tua, serta para penggiat seni yang mendampingi jalannya kegiatan.

Menariknya, pertemuan kali ini menjadi momen yang spesial karena sekaligus menjadi ajang halal bihalal antar peserta didik, orang tua, dan fasilitator kegiatan. Dalam suasana penuh kehangatan, para peserta saling bersalaman dan bermaaf-maafan, menandai semangat baru pasca-Ramadan yang penuh berkah.

Program Art for Children merupakan salah satu agenda rutin TBY yang telah lama menjadi ruang alternatif bagi anak-anak untuk berekspresi, belajar seni, dan berinteraksi sosial dalam suasana yang menyenangkan. Setelah absen selama bulan puasa, kembalinya program ini disambut hangat oleh masyarakat.

Sejak pukul 10.00 WIB, ratusan anak telah memadati area halaman TBY, lengkap dengan perlengkapan menggambar, mewarnai, hingga kostum-kostum sederhana yang mereka bawa sendiri dari rumah. Kegiatan kali ini menghadirkan beragam aktivitas seperti menari, olah tubuh, olah vokal, pertunjukan dongeng, serta lokakarya kerajinan tangan menggunakan kertas lipat berbasis bahan daur ulang.

“Anak-anak sangat antusias. Bahkan tadi banyak yang datang lebih awal dari jam buka kegiatan. Mereka sudah rindu dengan suasana bermain sambil belajar seperti ini, apalagi setelah sebulan penuh libur karena Ramadan.” ujar Broto Wijayanto, salah satu fasilitator kelas pantomim.

Program Art for Children memang didesain untuk mengasah kreativitas anak sejak dini. Beragam kegiatan yang diselenggarakan tidak hanya mendorong anak untuk mencipta dan berkarya, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri serta keberanian dalam mengekspresikan ide-ide mereka.

Menurut Yuswantoro Adi, seniman sekaligus pengampu kelas seni rupa memberikan gagasanya tentang kegiatan ini bukan sekadar hiburan akhir pekan, tetapi juga bentuk pendidikan seni non-formal yang sangat penting bagi perkembangan karakter anak.

“Seni adalah cara anak-anak mengekspresikan perasaannya, sesuatu yang kadang tidak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata. Lewat gambar, warna, gerak, dan suara, mereka belajar mengenali diri dan lingkungan,” jelas Yuswant saat ditemui di sela-sela kegiatan.

Selain menjadi ruang kreasi, pertemuan keempat dalam rangkaian Art for Children ini menjadi wadah mempererat kebersamaan antar keluarga peserta. Dalam sesi halal bihalal yang digelar secara sederhana namun penuh makna, para orang tua dan anak-anak saling berbagi cerita, berfoto bersama, hingga menikmati kudapan lebaran yang dibawa secara gotong royong.

“Ini momen yang hangat, bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk kami para orang tua. Kami jadi saling mengenal dan merasa seperti satu keluarga besar,” ujar Sari, salah satu wali peserta kelas Tari Kreasi Baru.

Keberlangsungan program ini tak lepas dari peran aktif komunitas seni lokal dan dukungan para orang tua. Banyak dari mereka yang secara sukarela terlibat dalam membantu jalannya kegiatan, mulai dari menjadi fasilitator kelas kecil, hingga menyumbangkan bahan-bahan terkait kegiatan di setiap kelas.

Pihak Taman Budaya Yogyakarta menyatakan bahwa program Art for Children akan kembali dilaksanakan secara rutin setiap Minggu pagi, dengan variasi tema yang berbeda-beda setiap minggunya. Selain itu, ada rencana untuk memfokuskan capaian dalam setiap kelas, tidak hanya untuk pentas akhir tahun melainkan keberlangsungan di lingkungan yang lebih luas. 

“Kami ingin membawa semangat berkesenian ini lebih dekat ke anak-anak di berbagai wilayah, tidak hanya di kota, karena setiap anak berhak memiliki ruang untuk berkreasi.” tutur Wury Cerrya selaku kepala seksi penyajian dan pengembangan seni budaya TBY.

Kegiatan yang berlangsung hingga pukul 12.00 WIB tersebut diakhiri dengan hasil setiap cabang kelas masing-masing. Dengan kembalinya Art for Children ke tengah masyarakat, Taman Budaya Yogyakarta kembali menegaskan komitmennya sebagai ruang publik yang inklusif dan inspiratif bagi generasi muda. Sebuah langkah kecil namun bermakna dalam membangun ekosistem seni dan budaya yang berpihak pada masa depan anak-anak Indonesia.