(Yogyakarta, 21/08/2024) - Apa jadinya jika kekayaan folklor yang diwariskan dari generasi ke generasi diolah menjadi sebuah cerita pendek (cerpen) yang modern dan penuh warna? Inilah pertanyaan yang dijawab melalui acara Tutur Tumurun 2024, sebuah perayaan sastra yang memadukan tradisi lisan dengan bentuk narasi kontemporer. Acara puncaknya, Pesta Cerita: Anugerah Pemenang Sayembara Cipta Cerpen dan Peluncuran Buku Antologi Cerpen Tutur Tumurun, digelar pada Selasa, 20 Agustus 2024 di Panggung Terbuka Taman Budaya Yogyakarta. Pesta Cerita ini tidak hanya menandai penyerahan anugerah kepada para pemenang sayembara cipta cerpen, tetapi juga menjadi momen peluncuran buku antologi cerpen yang menggabungkan folklore dengan imajinasi modern.

Pesta Cerita Tutur Tumurun 2024 menghadirkan lima pemenang sayembara, termasuk Juara 1, Juara 2, Juara 3, serta Juara Harapan 1 dan 2, yang masing-masing menyajikan karya-karya mengejutkan dan inovatif. Acara ini juga dimeriahkan dengan pembacaan cerpen oleh Landung Simatupang dan Bagus Mazasupa, serta pentas musik oleh Rubah di Selatan dan Kopibasi, disertai dengan tari angguk dari Sanggar Sotya Manunggal. Musik puisi Jejak Imaji mengiringi gala dinner, menambah kemeriahan dan keistimewaan malam tersebut.

Sebagai upaya pertama di Yogyakarta, sayembara ini mengundang para penulis untuk mengolah folklor yang merupakan warisan budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Dyah Wahyu Aprilina, S.I.P., M.P.A., Kepala Seksi Dokumentasi dan Informasi Seni Budaya Taman Budaya Yogyakarta, menekankan pentingnya acara ini sebagai ruang bagi para sastrawan muda untuk menggali dan mempersembahkan kekayaan cerita rakyat. Program ini didukung oleh Dana Alokasi Khusus Non Fisik-BOP Museum dan Taman Budaya, yang bertujuan untuk melindungi dan mengembangkan objek pemajuan kebudayaan.

“Suatu kebanggaan bagi Taman Budaya Yogyakarta sebagai UPT dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta mengemban amanat, tugas pokok dan fungsinya dapat memberi ruang bagi para sastrawan muda Yogyakarta untuk mengeksplorasi kekayaan cerita dan tradisi dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Didukung oleh Dana Alokasi Khusus Non Fisik-BOP Museum dan Taman Budaya serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, acara ini adalah bagian dari program unggulan Selebrasi Sastra Seni Budaya tahun 2024," ungkap Dyah Wahyu Aprilina, S.I.P., M.P.A., Kepala Seksi Dokumentasi dan Informasi Seni Budaya Taman Budaya Yogyakarta, yang bertanggung jawab atas teknis program Tutur Tumurun 2024.

Tutur Tumurun 2024 bukan hanya sekadar festival sastra, tetapi sebuah inisiatif untuk menggali dan merevitalisasi folklor melalui format cerpen. Kegiatan ini dimulai pada bulan Mei dengan serangkaian acara seperti Bincang Cipta Cerpen, Sayembara Cipta Cerpen, Penerbitan Antologi Cerpen, hingga puncaknya, Pesta Cerita pada Agustus 2024. Proses panjang ini melibatkan berbagai tahapan seleksi dan penilaian oleh dewan juri yang terdiri dari Joni Ariadinata, Naomi Srikandi, dan Satmoko Budi Santoso.

Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan hampir seratus orang mendaftar, meskipun hanya tujuh puluh peserta yang lolos berkas administrasi. Joni Ariadinata, salah satu juri, menyatakan kegembiraannya atas jumlah peserta dan kualitas karya yang dihasilkan. Menurutnya, sayembara ini penting untuk diteruskan karena menulis cerpen dengan dasar folklor membutuhkan riset mendalam dan pemahaman yang tidak sekadar imajinasi.

“Menggembirakan melihat antusiasme peserta. Kabarnya, ada sejumlah peserta yang memaksa ikut meski tidak memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Misalnya, usianya kurang dari 17 tahun atau lebih dari 30 tahun. Sehingga dari hampir 100 peserta yang lolos berkas administrasi hanya 70 peserta saja,” tutur Joni Ariadinata selaku juri sayembara. 

Yogyakarta, dengan sejarah panjang dan kekayaan folklor, menyediakan latar belakang yang sangat menarik untuk pengembangan cerita. Folklor Yogyakarta meliputi berbagai adat istiadat, mitos, dan legenda yang hidup dalam masyarakat, sering kali dalam bentuk seni seperti sastra, teater, musik, dan tari. Menggubah folklor menjadi cerpen berarti tidak hanya mempertahankan esensi tradisional tetapi juga menghadirkannya dengan cara yang relevan dan segar.

Latief S. Nugraha, pelaksana program, menambahkan bahwa Tutur Tumurun 2024 bertujuan untuk mengangkat kembali konstruk folklor ke dalam narasi yang dapat diterima oleh generasi modern. Dengan mempelajari pepatah dan petuah bijak dari nenek moyang, acara ini berharap dapat memberikan wawasan baru dan mendekatkan masyarakat pada warisan budaya mereka.

Mengolah folklor menjadi cerpen membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam penyampaian cerita. Ini adalah usaha untuk mereproduksi, merekonstruksi, atau mendekonstruksi elemen-elemen tradisional menjadi sebuah karya yang tidak hanya mempertahankan nilai-nilai lama tetapi juga menawarkan perspektif baru. Dengan demikian, folklor tidak hanya hidup dalam memori kolektif tetapi juga beradaptasi dengan perkembangan zaman melalui medium sastra yang dinamis dan inovatif.

Tutur Tumurun 2024 bukan hanya sekadar perayaan sastra tetapi sebuah jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara tradisi dan inovasi. Melalui sayembara ini, folklor Yogyakarta mendapatkan kehidupan baru dalam bentuk cerpen, menawarkan wawasan baru tentang cara kita melihat dan menghargai warisan budaya kita. Pesta Cerita menjadi sebuah simbol dari kemungkinan tak terbatas dalam dunia sastra, di mana cerita rakyat tidak hanya diceritakan kembali tetapi juga dihidupkan kembali dengan cara yang penuh warna dan relevansi.