(Yogyakarta, 5/09/2024) - Taman Budaya Yogyakarta kembali menyelenggarakan acara Pentas Rebon yang menghadirkan serangkaian pertunjukan seni yang beragam dan menarik. Acara ini, yang dipandu oleh duo pemandu berbakat, Sigit Pradana dan Rika Anggita, menawarkan pengalaman seni yang mendalam dan memikat, serta berhasil menciptakan suasana yang meriah dan berkesan.
Salah satu sorotan utama dari pentas tersebut adalah teater berjudul "Halu", yang diadaptasi dari naskah drama "Nyanyian Kardus". Teater ini bercerita tentang Simbok, seorang ibu yang memiliki impian besar untuk mencapai kekayaan melalui keberhasilan anaknya. Cerita ini menggambarkan perjalanan emosional Simbok dan usaha-usahanya untuk mewujudkan impian tersebut. Melalui alur cerita yang mendalam, pertunjukan ini berhasil menggugah perasaan penonton dan menyentuh berbagai aspek kehidupan sosial dan keluarga.
Pertunjukan kethoprak berjudul "Temanten Siji Sura" juga menjadi bagian penting dari acara malam itu. Kethoprak ini mengangkat tema tentang perasaan dengki dan dampaknya terhadap kehidupan seseorang. Kisah ini berpusat pada Juragan Dargo, yang merasa iri terhadap kesuksesan Prakoso. Rasa dengki yang mendalam membuat Juragan Dargo berusaha mencari tahu rahasia di balik kekayaan Prakoso. Namun, keingintahuan ini berujung pada masalah besar bagi Juragan Dargo sendiri. Melalui pertunjukan ini, penonton diajak untuk merenungkan bagaimana perasaan negatif seperti dengki dapat memengaruhi dan merusak kehidupan seseorang.
Dagelan Mataraman yang berjudul "Agak Lalen" juga menyumbang warna tersendiri dalam acara tersebut. Dagelan ini mengisahkan Jonet, seorang kepala keluarga yang memiliki banyak harta namun merasa kurang bahagia. Ketidakbahagiaan Jonet semakin kompleks ketika kedua anaknya memilih minggat dan ditemukan di Pasar Malam. Di sinilah sebuah fakta mengejutkan terungkap tentang Jonet, yang ternyata adalah orang yang "Agak Lalen". Kisah ini menyoroti bagaimana masalah pribadi dan ketidakbahagiaan dapat memengaruhi pandangan seseorang terhadap kebahagiaan dan kehidupan.
Antusiasme penonton terhadap Pentas Rebon kali ini sangat tinggi. Ruang Concert Hall yang dipenuhi hingga penuh membuat beberapa penonton harus duduk lesehan di area tambahan. Kepadatan penonton menunjukkan betapa besar minat masyarakat terhadap acara seni dan budaya yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta. Kondisi ini menambah keseruan acara dan menjadi salah satu indikator suksesnya Pentas Rebon dalam menarik perhatian publik.
Acara Pentas Rebon kali ini mendapatkan respons positif dari para penonton. Berbagai pertunjukan yang ditampilkan berhasil menghibur dan memberikan wawasan baru tentang seni dan budaya lokal. Penampilan teater, kethoprak, dan dagelan mataraman yang beragam menunjukkan komitmen Taman Budaya Yogyakarta dalam mempromosikan kekayaan seni dan budaya lokal serta memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Secara keseluruhan, Pentas Rebon Taman Budaya Yogyakarta pada malam itu bukan hanya sebuah acara seni, tetapi sebuah perayaan hidup dan kreativitas yang membawa kebahagiaan dan refleksi kepada semua yang hadir. Dengan kombinasi pertunjukan yang menawan dan antusiasme penonton yang luar biasa, acara ini berhasil menciptakan momen-momen tak terlupakan yang akan dikenang lama. Kami mengajak semua penonton untuk terus berbagi pengalaman mereka dan mendukung acara-acara serupa di masa depan, menjaga semangat seni dan budaya tetap hidup dan berkembang.