(Yogyakarta, 9/10/2024) - Taman Budaya Yogyakarta kembali menggelar Pentas Rebon edisi bulan Oktober berjalan dengan sukses dan meriah.  Acara ini tidak hanya sekadar sebuah pertunjukan seni, tetapi juga merupakan perayaan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Yogyakarta. Dalam event Pentas Rebon ini, penonton disuguhi berbagai penampilan yang mencakup Kethoprak, Dagelan Mataram, dan Teater, yang semuanya menampilkan bakat-bakat luar biasa dari seniman lokal daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta.

 

Pentas Rebon memiliki makna yang mendalam sebagai upaya untuk menggali dan mempromosikan seni budaya yang ada di Yogyakarta. Acara ini menjadi ajang untuk menampilkan keragaman seni pertunjukan yang kaya, sekaligus memperkuat identitas daerah yang berakar dari warisan budaya yang telah ada sejak lama. Dalam setiap penampilan, para seniman berusaha menyampaikan cerita-cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi penonton tentang nilai-nilai kearifan lokal.

 

Teater yang berjudul "Pasar 9/10" membuka rangkaian pertunjukkan pentas rebon, penampilan ini merupakan karya yang dipentaskan dari perwakilan Kabupaten Kulon Progo. Pertunjukkan teater ini mengangkat isu mendasar tentang keresahan manusia modern dalam konteks kehidupan sehari-hari di pasar, menggambarkan bagaimana interaksi antar individu semakin berkurang dan empati perlahan memudar. Cerita ini menyoroti dinamika pasar yang bukan hanya sekadar tempat transaksi ekonomi, tetapi juga arena sosial yang seharusnya mempererat hubungan antar manusia. Melalui dialog yang tajam dan konflik yang menggugah, penonton diajak merenungkan nilai-nilai kemanusiaan yang sering terlupakan di tengah kesibukan dan ketidakpedulian yang menguasai kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, Dagelan Mataram berjudul "Sigar" yang dipentaskan perwakilan dari Kabupaten Gunung Kidul, membawa penonton pada kisah penuh intrik dan persaingan. Dalam pertunjukan ini, persaingan bisnis campur sari digambarkan secara humoris namun menyentuh, menciptakan suasana yang menghibur sekaligus menggugah. Cerita ini tidak hanya menyajikan tawa, tetapi juga menunjukkan dampak dari ambisi yang berlebihan, yang berujung pada permusuhan antar tetangga dan keretakan hubungan cinta yang telah terjalin. "Sigar" menjadi cermin dari bagaimana ketidakpuasan dan egoisme dapat merusak ikatan sosial yang seharusnya saling mendukung.

 

Sementara itu, kethoprak berjudul "Bahu Laweyan" yang dipentaskan perwakilan dari Kota Yogyakarta, mengisahkan tentang kutukan yang menghantui seorang wanita dalam mitos Jawa. Dengan latar belakang cerita yang menarik, kisah ini mengaitkan mitos lokal dengan legenda terkenal dunia, yaitu hubungan antara Ratu Mesir, Cleopatra, dan Julius Caesar dari Roma. Dalam cerita ini, penonton disuguhkan konflik emosional dan tragedi yang dihadapi oleh karakter utama, menciptakan sebuah narasi yang mendalam tentang cinta dan kehilangan. "Bahu Laweyan" tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton merenungkan tentang takdir dan bagaimana pilihan-pilihan hidup dapat mengubah arah hidup seseorang.

 

Dari sisi penonton, Pentas Rebon berhasil menciptakan atmosfer yang hangat dan akrab. Banyak masyarakat Yogyakarta yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan ini, menunjukkan antusiasme mereka terhadap seni budaya lokal. Melalui partisipasi aktif masyarakat, Pentas Rebon menjadi sebuah ruang yang tidak hanya untuk menikmati seni, tetapi juga untuk memperkuat rasa kebersamaan dan identitas sebagai warga Yogyakarta.

 

Harapan besar pun tersemat dalam acara ini, upaya Taman Budaya Yogyakarta dibawah naungan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dengan diselenggarakan Pentas Rebon diharapkan tidak hanya menjadi sebuah acara tahunan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan di Yogyakarta. Dengan menjadikan seni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, masyarakat dapat lebih memahami dan menghargai warisan budaya yang dimiliki. Pentas Rebon menjadi jembatan yang menghubungkan generasi lama dengan generasi muda, agar nilai-nilai budaya dapat terus diwariskan dan dipelajari.

 

Secara keseluruhan, Pentas Rebon merupakan sebuah perayaan seni yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pelestarian budaya Yogyakarta. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, diharapkan acara ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak seniman dan penikmat seni untuk terus menjaga dan merayakan kekayaan budaya yang dimiliki. Mari kita dukung Pentas Rebon dan terus menjaga budaya Yogyakarta agar tetap hidup dan relevan di tengah perkembangan zaman.