(Yogyakarta, 27/2/2025) - Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menyuguhkan pengalaman seni yang memukau melalui gelaran Pentas Rebon 2025 pada Rabu malam (26/02) di Concert Hall. Ribuan penonton yang hadir disuguhkan dengan pertunjukan yang menggabungkan berbagai genre seni tradisional Jawa, mulai dari teater, ketoprak, hingga dagelan Mataram. Pentas yang hanya digelar setiap hari Rabu Wage sesuai perhitungan kalender Jawa ini kembali menjadi sorotan sebagai bagian dari perayaan budaya yang tak pernah padam.

Gelaran Pentas Rebon kali ini juga sejalan dengan rangkaian peringatan Hari Jadi ke-270 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang puncaknya akan berlangsung pada 13 Maret 2025. Sebagai pembuka, Teater Saka dari Kota Yogyakarta tampil dengan menawan melalui karya "Kroncong Malam Pasar Kembang" yang ditulis oleh Badhoeri Dullah Joesro. Pertunjukan ini berhasil menyelami kehidupan kompleks lokalisasi yang penuh dengan realitas keras dan penuh tantangan.

Cerita yang diangkat mengisahkan Sumedi, seorang pemuda yang bercita-cita menjadi penulis dan wartawan lepas. Ia memilih Pasar Kembang sebagai lokasi latihan menulis, menyaksikan berbagai kejadian di sana, serta berinteraksi dengan penghuni kompleks lokalisasi. Artikel yang ia tulis akhirnya mengantarkannya menjadi tokoh pembaharu yang menyuarakan masalah sosial melalui tulisan.

Selanjutnya, penonton dimanjakan dengan pertunjukan ketoprak dari Kabupaten Sleman, yang menampilkan lakon "Kidung Sriwedari" karya Brian Riangga Dhita. Ketoprak ini mengisahkan perjalanan hidup Brambang Sumantri dan Sukrasana, dua saudara dengan kisah emosional yang penuh dengan pengorbanan dan dilema kehidupan. Alur cerita yang menggugah ini membuat penonton terbawa dalam suasana haru, dan ketegangan yang terus terjaga hingga akhir pertunjukan.

Sebagai penutup yang menyegarkan, dagelan Mataram bertajuk "Arwah Gugat" dari Kabupaten Bantul hadir dengan nuansa horor komedi. Naskah yang ditulis oleh Ari Purnamantampil menghadirkan tawa dari elemen humor yang diselipkan dalam kisah horor. Interaksi spontan para pemain dengan penonton semakin mempererat hubungan mereka, menciptakan suasana yang ceria dan penuh gelak tawa. Tata panggung yang kreatif semakin menambah keseruan pertunjukan.

Kepala TBY Dra. Purwiati dalam sambutannya menjelaskan bahwa Pentas Rebon 2025 merupakan bagian dari serangkaian acara tahunan yang digelar lima kali dalam setahun. 

"Pentas Rebon menjadi ajang penting yang melibatkan seniman dan pelaku seni dari berbagai kabupaten/kota se-DIY. Ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati kembali pertunjukan yang sudah dinantikan," ucap Purwiati.

Purwiati menegaskan bahwa ketoprak, dagelan, dan teater merupakan warisan seni tradisional yang harus dijaga keberlanjutannya. Melalui Pentas Rebon, TBY ingin memastikan bahwa seni pertunjukan ini tidak hanya terjaga, tetapi juga berkembang dan tetap relevan dengan perkembangan zaman. 

"Seni budaya Jawa harus tetap hidup dan bisa dinikmati oleh semua kalangan, termasuk generasi muda," tambahnya.

Suksesnya Pentas Rebon 2025 ini menjadi bukti kuat bahwa seni budaya Jawa tetap memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Antusiasme penonton yang begitu tinggi menunjukkan bahwa meskipun zaman terus berubah, seni tradisional masih memiliki tempat di hati banyak orang. 

"Semangat masyarakat dalam mendukung seni budaya lokal menjadi kekuatan yang perlu kita banggakan. Pentas Rebon ini bukan hanya hiburan, tetapi juga sarat dengan makna dan pesan moral yang bermanfaat bagi penonton," ungkap Purwiati.

Dengan gelaran ini, TBY kembali mempertegas komitmennya dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya Jawa, serta memastikan bahwa setiap pertunjukan yang digelar dapat memberikan pelajaran dan renungan bagi masyarakat.