(Yogyakarta, 6/11/2025) — Rangkaian Pameran dan Pentas Akhir Bimbingan Seni Art for Children (AFC) 2025 yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Yogyakarta (TBY) memasuki hari kedua pada Kamis (6/11/2025). Setelah pembukaan yang meriah sehari sebelumnya, antusiasme peserta dan penonton di Gedung Societeit Militaire tetap tinggi.
Hari kedua menjadi ajang bagi anak-anak peserta AFC untuk menunjukkan hasil pembelajaran mereka selama setahun terakhir melalui pertunjukan seni tari dan teater. Anak-anak berusia antara 5 hingga 16 tahun itu menampilkan karya yang tak hanya memikat secara artistik, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang kuat.
Tari Kreasi Baru Buka Pertunjukan
Pentas dimulai pukul 15.30 WIB dan dipandu oleh Wijil Rachmadhani. Dengan gaya yang hangat dan komunikatif, Wijil berhasil menciptakan suasana interaktif antara penonton dan para peserta.

Pertunjukan pertama dibuka oleh Tari Kudo Jabang, karya tari kreasi baru yang menggambarkan suasana riang di pedesaan, ketika sekelompok anak bermain kuda kepang. Gerak enerjik dan ekspresi ceria para penari berhasil memancing tepuk tangan meriah dari penonton.
Selanjutnya, tampil Tari Sekar Gongseng yang memiliki makna filosofis mendalam. “Sekar” berarti bunga, sedangkan “Gongseng” merujuk pada kerincing yang menghasilkan bunyi dinamis saat ditarikan. Tarian ini menampilkan harmoni antara gerak, musik, dan kostum, memperlihatkan kepekaan anak-anak terhadap ritme dan keindahan gerak.

Usai dua penampilan tersebut, para pengajar diundang naik ke panggung untuk sesi berbagi pengalaman. Lala, salah satu pengampu tari kreasi baru, menekankan pentingnya keseriusan anak-anak dalam mengikuti program AFC.
“Karena peminatnya banyak, begitu bisa masuk AFC, manfaatkan sebaik mungkin. Jangan disia-siakan,” ujarnya.
Teater “Guardian of the Green World” Sampaikan Pesan Lingkungan
Selepas penampilan tari, giliran kelompok AFC Teater tampil dengan karya berjudul Guardian of the Green World. Pertunjukan ini mengangkat isu lingkungan dengan pendekatan imajinatif khas dunia anak-anak.
Cerita dimulai dari Negeri Hijau yang damai, yang kemudian diserang oleh Makhluk Plastika dari Planet Plastion. Para penjaga bumi, yang diperankan anak-anak, berusaha melawan ancaman itu untuk menyelamatkan alam dari kerusakan akibat plastik.
Dengan dialog ringan dan adegan penuh warna, pertunjukan ini berhasil menyampaikan pesan penting tentang pentingnya menjaga kelestarian bumi kepada penonton anak-anak maupun orang dewasa.

Gelar, salah satu pengampu teater, mengungkapkan tantangan dalam membimbing sekitar 80 anak dengan rentang usia dan karakter yang berbeda-beda.
“Kita harus menyesuaikan metode agar sesuai dengan setiap anak. Karena itu, kami gunakan pendekatan Games Theater supaya mereka belajar sambil bermain,” jelasnya.
Antusiasme Penonton dan Dukungan Orang Tua
Antusiasme penonton terlihat jelas sepanjang acara. Banyak orang tua dan pengunjung umum memadati area pertunjukan. Rifa, salah satu penonton, mengaku datang khusus untuk menyaksikan penampilan teater AFC.
“Seru sekali. Anak-anaknya antusias dan pintar-pintar,” kata Rifa.
Ayu, penonton lain, berharap kegiatan seperti ini terus dilanjutkan dan dikembangkan.
“Semoga tahun depan semakin banyak kreasi baru dan makin banyak anak yang bisa ikut,” ujarnya.
Komitmen TBY terhadap Pembinaan Seni Anak
Melalui Art for Children 2025, Taman Budaya Yogyakarta kembali menegaskan komitmennya dalam membangun ruang ekspresi bagi generasi muda. Program ini bukan hanya wadah pengembangan kemampuan seni, tetapi juga sarana pendidikan karakter dan kepedulian sosial.
Pentas dan pameran akhir AFC menjadi puncak dari proses pembelajaran yang menumbuhkan kreativitas, kerja sama, dan empati anak-anak terhadap lingkungan sekitar.
Dengan mengangkat tema “Dari TBY untuk Bumi”, kegiatan ini mengajak anak-anak belajar mencintai seni sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam sejak dini.