Yogyakarta (14/5/2024) - Suluh Sumurup Art Festival 2024 dengan tema “Jumangkah” yang resmi dibuka sore tadi di halaman Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Sebanyak 202 karya seni baik dua dimensi maupun tiga dimensi dari bebrapa komunitas disabilitas DIY dengan total 60 peserta dipasang dan bisa intip serta dinikmati hingga Rabu depan (22/5/2024).
Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) tahun ini tak hanya menjadi wadah bagi karya-karya perupa disabilitas dari Jogja, namun juga menjadi arena bagi para seniman disabilitas dari berbagai penjuru Indonesia. Keterlibatan yang semakin meluas ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat jaringan antar-sesama seniman disabilitas di Indonesia. Kegiatan ini merupakan salah satu program tahunan TBY, yang dikhususkan bagi penyandang disabilitas pelaku seni di DIY dan Indonesia.
Kepala TBY Purwiati menyampaikan bahwa tahun sebelumnya, gelaran hanya melingkupi seniman difabel di Daerah Istimewa Yogyakarta saja. Gelaran kali ini mencakup karya seniman yang berasal dari 12 provinsi, yaitu Bengkulu, Banten, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku.
“Taman Budaya Yogyakarta memberikan ruang untuk teman-teman difabel yang selama ini belum banyak diberikan kesempatan untuk mengekspresikan karya kreativitasnya baik seni pertunjukkan maupun seni rupa. Permintaan peserta dari luar Jogja yang melimpah pada event pertama menjadi dorongan kuat untuk mengembangkan acara ini, dan hasilnya terlihat dengan penuh semangat dalam jumlah karya seni yang dipamerkan,” tuturnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Cahyo Widayat menegaskan Seni disabilitas mesti terus bergerak bersama-sama untuk menjadi bagian dari seni rupa Indonesia, bagian dari kemajuan kebudayaan Indonesia. Optimisme pergerakan seni disabilitas dimulai dari membangun kebersamaan, jejaring dan seni yang inklusif.
"Partisipasi yang semakin luas dalam SSAF adalah langkah konkret dalam mewujudkan visi kebudayaan yang inklusif dan merata di DIY. Kita harus memberikan ruang dan kesempatan bagi semua elemen masyarakat untuk berkontribusi dalam dunia seni dan budaya, yang tecantum pada Perda DIY Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Pelaksanaan Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas," ungkapnya.
Salah satu Kurator SSAF, Nano Warsono menjelaskan bahwa Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) 2024 ini sebagai kelanjutan yang pertama dengan judul “Gegandengan”. Tema "Jumangkah" yang diusung dalam SSAF 2024 memiliki makna yang dalam tentang sebuah harapan. “Jumangkah, berasal dari kata dasar "Jangkah" dalam bahasa Jawa, yang mengartikan langkah atau melangkah dengan mempertimbangkan segala kemungkinan dan kemampuan diri. Dalam konteks festival ini, Jumangkah diinterpretasikan sebagai proses memulai langkah-langkah menuju, mencapai harapan/cita-cita,” ujarnya.
Dalam SSAF 2024 ada beberapa program acara dan melibatkan disabilitas pelaku seni, baik sebagai peserta pameran, pemateri dan kepanitiaan. Acara ini tidak hnaya sekedar pameran seni, ada juga Workshop Galeri Sitter, Workshop Bahasa Isyarat, Workshop Batik Eco Print, Workshop Literasi sastra untuk disabilitas, UMKM Corner, Pertunjukan, Galeri Tour, dan Artis Talk. Dengan berbagai program ini, SSAF 2024 tidak hanya merayakan keberagaman seni, tetapi juga mendorong inklusi dan partisipasi penuh dari semua lapisan masyarakat, termasuk komunitas disabilitas.
Dengan begitu, Suluh Sumurup Art Festival "Jumangkah" 2024 telah membuka lembaran baru dalam sejarah seni rupa Indonesia, sebuah langkah yang akan dikenang dan terus diinspirasi oleh banyak generasi mendatang.