(Yogyakarta, 9/2/2025) – Program Art For Children (AFC) Tahun 2025 resmi dibuka pada Minggu pagi, 9 Februari, di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), dengan acara yang penuh semangat dan antusiasme. Pembukaan tersebut dilakukan oleh Kepala TBY, Dra. Purwiati menyampaikan bahwa AFC 2025 merupakan langkah penting dalam mengembangkan kreativitas dan kecintaan anak-anak terhadap seni di Yogyakarta.
Sejak dibuka, AFC tahun 2025 sudah menarik perhatian luar biasa dengan lebih dari 1.394 pendaftar yang datang untuk mengikuti seleksi pada 21-22 Januari 2025. Pada tahun ini, menawarkan 12 cabang seni yang terbuka bagi anak-anak usia 5 hingga 16 tahun, yang terdiri dari vokal, ansambel musik, tari kreasi baru, tari klasik, seni rupa 2D, seni rupa 3D, komedi, teater, pantomim, sastra, karawitan, dan batik. Setiap cabang seni memiliki persyaratan khusus, namun secara umum peserta hanya perlu menyertakan fotokopi KIA atau KK.
Dalam sambutannya, Dra. Purwiati menjelaskan bahwa Art For Children bukan sekadar tempat bagi anak-anak untuk belajar seni, tetapi juga sebagai ruang pengembangan diri. "Kami ingin anak-anak tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga merasakan kebebasan berekspresi. Program ini bertujuan untuk membantu mereka mengekspresikan diri dengan cara yang menyenangkan dan kreatif," tutur Purwiati.
Lebih dari sekadar pelatihan seni, Art For Children bertujuan menumbuhkan rasa cinta yang mendalam terhadap seni dan budaya. Purwiati juga menekankan bahwa anak-anak diberi kebebasan untuk menggali potensi seni mereka tanpa tekanan, sehingga mereka dapat merasakan sendiri perjalanan kreatif yang bermakna. Antusiasme yang luar biasa dari masyarakat terhadap AFC 2025 menjadi semangat tersendiri bagi TBY untuk terus berinovasi.
"Kami sangat mengapresiasi tingginya minat masyarakat. Ini memberikan kami motivasi lebih untuk terus menghadirkan program-program yang mendukung pertumbuhan seni dan budaya, terutama di kalangan anak-anak," lanjut Purwiati.
Sementara itu, Kepala Seksi Penyajian dan Pengembangan Seni Budaya TBY, Cerrya Wuri Waheni, M.Sn, menambahkan bahwa AFC tidak hanya fokus pada hasil seni yang dihasilkan, tetapi juga pada pengembangan mental dan karakter anak-anak.
"Kami berharap melalui AFC, anak-anak bisa menjadi pribadi yang lebih mandiri, kuat, dan percaya diri. Hasil seni itu bisa dicapai, tetapi yang paling penting adalah proses yang mereka jalani," ungkap Wuri.
Tahun ini, TBY melakukan pembaruan dalam proses pendaftaran dengan menggunakan sistem scan barcode untuk seleksi administrasi. Beberapa cabang seni, seperti seni rupa, juga mendapatkan seleksi mandiri untuk memastikan bimbingan yang lebih optimal dan sesuai dengan kemampuan peserta. Wuri berharap, ke depannya AFC akan terus berlanjut dan melahirkan lebih banyak bibit unggul dalam dunia seni.
"Kami juga merencanakan adanya sistem penjenjangan yang lebih spesifik, seperti pembagian kelas pemula dan menengah. Dengan cara ini, pengajaran akan lebih terfokus dan hasil yang dicapai bisa lebih maksimal," ujar Wuri.
Dengan inovasi dan semangat baru yang ditawarkan, AFC 2025 diharapkan tidak hanya menjadi ajang pengembangan keterampilan seni, tetapi juga menciptakan generasi muda yang lebih mencintai seni dan budaya, serta siap berperan aktif dalam melestarikan warisan budaya di Yogyakarta.