(Yogyakarta, 19/09/2025) — Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menghadirkan salah satu agenda budaya paling dinanti, Pasar Kangen TBY 2025, yang resmi dibuka pada Kamis (18/9). Perhelatan yang kental dengan nuansa nostalgia ini berlangsung selama tujuh hari, 18–24 September 2025, setiap sore hingga malam pukul 15.00–22.00 WIB.

Seremoni pembukaan Pasar Kangen TBY ditandai dengan pelepasan burung perkutut. Aksi ini menjadi simbol kebebasan dan doa yang diiringi harapan baik, serta menunjukkan keselarasan dengan alam. Taman Budaya Yogyakarta selaku Unit Pelaksana Teknis Daerah dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Program Penyelenggaraan Keistimewaan Yogyakarta Urusan Kebudayaan memiliki subkegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Taman Budaya Yogyakarta. Salah satu bentuk aktivasi dari program tersebut adalah Pasar Kangen Taman Budaya, yang sudah berlangsung sejak 2008 dan di tahun 2025 ini memasuki pelaksanaan tahun ke-18.

Acara pembukaan juga dihadiri sejumlah tokoh penting dari berbagai instansi di Yogyakarta. Hadir antara lain Paniradyo Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si.,Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A.; Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Yuna Pancawati, S.E., M.Si., serta Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Rosdiana Puji Lestari, S.T., M.Eng. Kehadiran mereka menegaskan pentingnya acara ini, bukan hanya sebagai agenda budaya tahunan, melainkan juga ruang strategis untuk memperkuat identitas dan kedaulatan budaya.

Pasar sebagai Ruang Temu

Dalam sambutannya, Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Dra. Purwiati, menekankan peran Pasar Kangen TBY yang melampaui sekadar arena nostalgia. “Pasar Kangen Taman Budaya menjadi ikon budaya sejak awal pelaksanaannya. Kegiatan ini bukan hanya menghadirkan suasana pasar tempo dulu, tetapi juga berfungsi sebagai wahana ruang temu untuk merayakan kekayaan kuliner, kesenian, dan tradisi lokal. Pasar Kangen adalah media nostalgia sekaligus sarana edukasi pelestarian dan regenerasi nilai-nilai kearifan lokal,” ujarnya.

Tahun ini, Pasar Kangen mengusung tema “Nandur Apa Sing Dipangan, Mangan Apa Sing Ditandur” yang berarti menanam apa yang dimakan, makan apa yang ditanam. Tema ini diangkat sebagai ajakan moral untuk menjaga kedaulatan pangan, keberlanjutan lingkungan, dan pola hidup yang selaras dengan alam.

“Filosofi yang terkandung di dalamnya mengingatkan kita bahwa hubungan manusia dengan bumi bukan hanya sebatas konsumsi, tapi juga tanggung jawab. Setiap bahan makanan yang ditanam dan diolah menyimpan cerita, nilai, dan sejarah yang menjadi kekuatan untuk membangun jati diri bangsa,” tambah Purwiati.

Melalui pendanaan dari Dana Keistimewaan DIY 2025, Pasar Kangen memiliki sejumlah tujuan strategis. Selain melestarikan kuliner tradisional dan kerajinan lawasan, acara ini juga ditujukan untuk mendukung perekonomian UMKM, menumbuhkan rasa cinta budaya lokal, serta memperkuat hubungan sosial masyarakat.

Filosofi Luhur Jawa

Dalam peresmian yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, pesan filosofis dari tema tahun ini kembali ditegaskan. Mewakili Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X, Dian membacakan sambutan yang mengusung nilai keselarasan hidup dengan alam.

“Tema Pasar Kangen TBY 2025 sungguh bermakna, mengingatkan kita untuk hidup selaras dengan alam — menanam apa yang dibutuhkan dan menikmati hasil tanam dengan penuh kesadaran,” ujarnya.

Ia juga mengaitkan tema ini dengan ajaran luhur Jawa, “Tata Titi Tanam Tuwuh”. Prinsip ini mengajarkan manusia untuk hidup tertib dan teratur (tata), teliti dan hati-hati (titi), berusaha dan berikhtiar (tanam), hingga akhirnya menghasilkan pertumbuhan dan manfaat (tuwuh).

“Jika prinsip ini kita pegang, maka apa pun yang kita tanam, baik berupa tanaman, usaha, maupun nilai kehidupan, akan tumbuh dengan baik dan memberikan manfaat yang luas,” imbuhnya.

218 Pedagang, Ribuan Pengunjung

Pasar Kangen TBY tahun ini menghadirkan 218 pedagang terpilih dari 1.136 pendaftar. Dari jumlah tersebut, 152 pedagang menyajikan kuliner khas nusantara, sementara 66 lainnya menghadirkan kerajinan tangan dan barang antik. Proses kurasi yang ketat memastikan bahwa setiap produk yang hadir di pasar benar-benar mewakili cita rasa tradisi sekaligus kualitas unggulan.

Bagi pengunjung, Pasar Kangen bukan sekadar arena belanja. Lebih dari itu, pasar ini menawarkan pengalaman multisensori: aroma jajanan lawasan, musik tradisi yang mengiringi, hingga perjumpaan antar generasi. “Pasar Kangen cukup ramai, menghadirkan berbagai makanan yang belum banyak saya kenal. Saya mencoba kerak telor, sate koyor, dan pisang goreng khas Kalimantan,” ungkap Jidan, salah satu pengunjung yang datang bersama rekannya, Riris.

Bagi mereka, Pasar Kangen bukan hanya tempat jajan, tetapi juga sarana belajar mengenal keragaman kuliner Indonesia.

Ruang Kreatif dan Seni Tradisi

Selain deretan kuliner dan kerajinan, Pasar Kangen TBY 2025 juga diperkaya dengan pertunjukan seni tradisi. Selama tujuh hari, 19 grup seni kerakyatan dan dua pagelaran wayang kulit tampil secara bergantian, menghidupkan kembali atmosfer kesenian rakyat yang dekat dengan masyarakat.

Sebagai tambahan, tahun ini juga hadir Ruang Pojok Kreatif, lanjutan dari laboratorium kreatif yang selama ini digagas TBY. Program ini menghadirkan berbagai workshop, mulai dari kreasi wayang sodo oleh Suluh Sumurup Art Difabel, pembuatan mainan kreatif dan batik block print oleh AFC TBY, hingga anyaman blarak oleh Tim Pasar Kangen. Aktivitas ini memberi ruang bagi pengunjung untuk berinteraksi lebih dekat dengan proses kreatif, tidak sekadar menjadi penonton atau pembeli.

Lebih dari Sekadar Pasar

Dengan seluruh rangkaian acara tersebut, Pasar Kangen 2025 jelas bukan hanya sekadar ajang jual beli. Ia adalah ruang nostalgia, edukasi, sekaligus perayaan kolektif atas budaya lokal.

Kepala TBY, Purwiati, menegaskan kembali harapannya agar kegiatan ini mampu memberi manfaat nyata. “Kami berharap Pasar Kangen tidak hanya menjadi ajang jual beli, tetapi juga ruang edukasi dan inspirasi untuk mewujudkan gaya hidup keberlanjutan, mandiri, dan berbudaya. Pasar Kangen harus senantiasa menjadi ruang kebersamaan, kebanggaan, serta penguat identitas budaya Yogyakarta yang kita cintai,” ujarnya menutup.

Dengan antusiasme pengunjung yang memadati arena setiap harinya, Pasar Kangen 2025 kembali membuktikan dirinya sebagai salah satu denyut kebudayaan Yogyakarta. Ia bukan hanya ruang untuk mengenang masa lalu, tetapi juga wadah untuk merajut harapan baru, selaras dengan alam dan kehidupan yang lebih berkelanjutan