(Yogyakarta, 4/09/2024) - Taman Budaya Yogyakarta menjadi saksi peluncuran buku Krtya: Profil Pematung Yogyakarta I, sebuah inisiatif penting dari Asosiasi Pematung Indonesia (API) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta. Buku ini menghadirkan profil mendalam tentang 20 tokoh pematung Yogyakarta yang berkiprah antara tahun 1940 hingga 1970. Acara peluncuran ini dihadiri oleh 50 peserta, termasuk masyarakat umum, pelajar, dan mahasiswa dari berbagai daerah. Meskipun jumlah peserta terbatas, antusiasme mereka mencerminkan ketertarikan yang tinggi terhadap seni patung dan juga menjadi langkah awal penting dalam mendokumentasikan sejarah seni patung Indonesia. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa ada keinginan yang kuat untuk memahami dan menghargai sejarah serta kontribusi seni patung Yogyakarta.

Seni patung di Yogyakarta memiliki sejarah yang kaya dan penting dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia. Sejak masa sebelum kemerdekaan, kota ini telah melahirkan banyak seniman yang memberikan kontribusi signifikan melalui monumen, relief, dan diorama yang menghiasi berbagai museum di seluruh Indonesia. Buku Krtya: Profil Pematung Yogyakarta I yang ditulis oleh Karen Hardini dan Latief S. Nurgraha, mengangkat 20 tokoh penting dari periode tersebut dan menawarkan pandangan mendalam mengenai perjalanan serta sumbangsih mereka dalam dunia seni patung.

Acara peluncuran buku ini dikemas dalam format sarasehan yang melibatkan berbagai narasumber berkompeten. Dra. Purwiati,  selaku  Kepala Taman Budaya Yogyakarta membuka acara dengan mengungkapkan pentingnya dokumentasi seni patung sebagai bentuk apresiasi terhadap karya para seniman di Yogyakarta. Beliau menyampaikan buku ini bentuk komitmen API DIY dan Taman Budaya Yogyakarta untuk terus memperbarui dan memperluas dokumentasi seni patung. 

“Selain sebagai arsip dokumentasi, buku ini diharapkan menjadi acuan penting dalam kajian sejarah perkembangan seni patung modern di Indonesia. Walaupun buku ini masih mengulas 20 tokoh seniman patung di Yogyakarta, kami senantiasa terbuka terhadap saran yang membangun dalam penerbitan buku selanjutnya” tutur Dra. Purwiati selaku Kepala Taman Budaya Yogyakarta.

Rain Rosidi M.Sn., dosen dan kurator seni rupa, membuka sesi diskusi dengan membahas sejarah seni patung Yogyakarta serta peran API DIY dalam pengembangan seni patung. Rain Rosidi menjelaskan bahwa API DIY telah memainkan peran krusial dalam merawat dan memajukan seni patung di Yogyakarta. Dia juga menyoroti bagaimana API DIY berkomitmen untuk terus mendokumentasikan dan mempromosikan seni patung melalui berbagai inisiatif, termasuk penerbitan buku ini.

“Meskipun fokus utama buku ini adalah profil para pematung di Yogyakarta, pembaca akan mendapatkan wawasan mendalam tentang bagaimana perkembangan seni patung di kota ini sangat dipengaruhi oleh teknik dan material yang digunakan. Apresiasi yang tinggi untuk API dan Taman Budaya Yogyakarta, dari buku ini dapat dimaknai sebagai penanda perkembangan karya seni patung di Yogyakarta maupun Indonesia dari masa ke masa” ungkap Rain Rosidi.

Win Dwi Laksono, seorang pematung berpengalaman, memberikan perspektif personal mengenai seniman patung yang dicatat dalam buku. Menurutnya, karya-karya mereka tidak hanya memperkaya dunia seni rupa tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan seni patung di Indonesia. Kesan dan pesan yang disampaikan Laksono memperlihatkan betapa pentingnya penghargaan terhadap karya-karya seni patung dalam konteks sejarah dan kebudayaan.

“Dengan membaca buku ini, kita dapat membaca pahit getirnya sejarah seniman (pematung) yang sudah sepuh. Meskipun dalam buku tersebut seniman yang saya kenal beberapa sudah mendahului kita, tetapi jika melihat kembali itu semua adalah "Lakune Urip" atau “Jalannya Kehidupan" untuk memberikan sumbangsih terhadap generasi yang akan datang melalui karya seni patung” tutur Dwi Laksono seniman patung.

Sekar Handayani, produser independen seni pertunjukan, berbicara tentang peran keluarga dalam mendukung karier seniman patung. Handayani menekankan bahwa dukungan keluarga sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan seorang seniman. Diskusinya memberikan wawasan tambahan mengenai dimensi pribadi dan sosial dari perjalanan seorang seniman patung.

"Semasa hidup ayah (alm. Untung Murdiyanto) sering sekali bercerita tentang bahwa modal yang dimilikinya sebagai seorang pematung hanyalah ‘kejujuran’ di dalam berekspresi. Gagasan beliau hadir dalam keseharian yang dialami, suatu landasan yang tercipta pada sebuah karya berbentuk seperti ring atau cincin, menurut beliau melambangkan kisah kasih. Maksud belas kasih, bukan hanya sekedar pasangan, tetapi juga untuk keluarga dan lain sebagainya yang saling  mengkasihi atau cinta tanpa putus." ungkap Sekar Handayani putri Alm. Untung Murdiyanto.

Prof. Dr. Mukhamad Agus Burhan, M.Hum., Guru Besar di bidang seni rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, memberikan pemaparan mengenai dinamika 20 tokoh pematung yang ditampilkan dalam buku tersebut. Dalam penjelasannya, Prof. Agus Burhan menjelaskan bagaimana setiap tokoh memberikan kontribusi yang unik dan berharga dalam perkembangan seni patung modern di Yogyakarta. Ulasannya memberikan konteks sejarah yang mendalam, memungkinkan audiens untuk memahami lebih baik latar belakang dan dampak karya-karya para pematung.

"Harus diakui bahwa seni patung karya para pematung Yogyakarta merupakan kontribusi besar bagi bangsa ini. Hal ini terlihat dari berbagai monumen yang masih berdiri kokoh di seluruh penjuru negeri. Oleh karena itu, peluncuran buku ini merupakan momentum yang sangat signifikan sebagai salah satu rujukan atau referensi dalam dunia seni patung Indonesia." tutur Prof. Dr. Agus Burhan selaku Guru Besar ISI Yogyakarta,

Peluncuran buku ini merupakan langkah awal dari upaya berkelanjutan untuk mendokumentasikan dan melestarikan seni patung di Yogyakarta. API DIY dan Taman Budaya Yogyakarta berkomitmen untuk terus memperbarui dan memperluas dokumentasi seni patung. Dengan dukungan dan antusiasme yang ditunjukkan dalam acara ini, diharapkan akan semakin banyak upaya yang dilakukan untuk mempromosikan dan menghargai seni patung sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia.

Acara peluncuran ini juga menjadi momen refleksi penting tentang bagaimana seni patung berperan dalam mencerminkan dan membentuk identitas budaya bangsa. Dengan keberhasilan peluncuran buku ini, diharapkan akan lebih banyak orang yang terinspirasi untuk terlibat dalam melestarikan dan mempromosikan seni patung serta mengapresiasi karya-karya yang telah memperkaya ruang publik di seluruh Indonesia.