Yogyakarta (7/2/2025) - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XX Tahun 2025 dibuka resmi oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Kamis malam (6/2) di Titik Nol, Yogyakarta. Event tahunan yang telah menjadi bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek ini, menurut Sri Sultan, diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendorong integrasi sosial, ekonomi, dan budaya di Indonesia.

"Setiap suku bangsa, apapun itu, memiliki peran yang tak terpisahkan dalam menyatukan Indonesia. Suku Batak, Minang, Jawa, Bugis, maupun Tionghoa, semuanya berpotensi berkontribusi dalam memperkuat bangsa," ujar Sri Sultan dalam sambutannya.

Menurut Sri Sultan, PBTY kali ini menjadi momentum yang tepat untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya semangat ke-Indonesiaan, melalui tema yang diangkat tahun ini, yakni "Seni dan Budaya Membentuk Karakter Bangsa." Beliau menekankan bahwa budaya adalah elemen penting dalam menciptakan karakter bangsa yang kuat, karena budaya mencerminkan identitas dan karakter suatu bangsa.

"Dalam proses integrasi sosial, budaya tidak hanya menjadi hiburan, melainkan juga merupakan salah satu wujud pengayaan wawasan dan bagian dari perjuangan dalam membangun peradaban," lanjut Sri Sultan.

Ketua Umum PBTY XX 2025, Antonio Simon, dalam laporannya juga mengungkapkan bahwa perayaan kali ini akan berlangsung selama tujuh hari, dari 6 hingga 12 Februari 2025, di Kampung Ketandan. Kolaborasi dengan Teras Malioboro Ketandan menambah kemeriahan acara tahun ini.

Beberapa kegiatan yang digelar dalam PBTY 2025 ini antara lain adalah Ketandan Street Food Festival, pertunjukan seni dan barongsai, pameran sejarah Tionghoa, lomba anak-anak, wayang potehi, dan tentu saja pawai carnaval bertajuk Malioboro Imlek Carnival.

"Melalui tema 'Seni dan Budaya Membentuk Karakter Bangsa', kami berharap dapat mengingatkan kita semua bahwa suatu bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter yang kuat. Dengan mempelajari seni dan melestarikan budaya, kita bisa membentuk karakter yang lebih baik untuk membangun Indonesia yang lebih maju," kata Simon.

Pembukaan PBTY XX 2025 di Titik Nol berlangsung meriah dan antusiasme ribuan masyarakat pun terlihat jelas. Pawai Malioboro Imlek Carnival yang dimulai dari Abu Bakar Ali menuju Titik Nol menampilkan beragam atraksi menarik, seperti pertunjukan liong dan barongsai dari Hoo Hap Hwee Yogyakarta, silat dari Paguyuban Bangau Putih Yogyakarta, serta pertunjukan seni lainnya.

Sri Sultan juga menambahkan bahwa dalam kosmologi Tionghoa, unsur kayu pada tahun Ular Kayu ini membawa aura kehormatan, kemakmuran, dan energi transformasi. "Kami berharap komunitas Tionghoa terus bersinergi dalam upaya memperkuat Jogja Istimewa dan Indonesia agar semakin maju," harap Sri Sultan.

Dengan semangat kolaborasi dan kebudayaan yang terintegrasi, PBTY 2025 diharapkan dapat menjadi wadah bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia untuk semakin merayakan keragaman dalam bingkai persatuan.