(Yogyakarta, 24/09/2025) — Riuh nostalgia bercampur dengan semangat kolaborasi mewarnai penutupan Pasar Kangen 2025: Nandur Apa Sing Dipangan, Mangan Apa Sing Ditandur di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Rabu (24/9/2025). Setelah tujuh hari penuh, sejak 18 September, ajang tahunan ini resmi ditutup oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, dengan catatan keberhasilan yang mengesankan sekaligus langkah strategis baru dalam pemajuan kebudayaan nasional.
Jejak Kuliner dan Identitas Bangsa
Penutupan diawali dengan sambutan narasumber Pasar Kangen, Ong Harry Wahyu. Ia menekankan bahwa kuliner tradisional adalah jati diri bangsa yang tak boleh hilang.
“Mengutip Bung Karno dalam Mustika Rasa, jangan biarkan lidah kita dijajah makanan asing. Kuliner tradisi di sini harus kita pertahankan karena kuliner adalah jati diri bangsa,” ujarnya.
Ong Harry juga mengapresiasi ketertiban pengunjung, kerja keras para pedagang, serta dukungan pemerintah. Baginya, Pasar Kangen bukan sekadar ruang nostalgia, tetapi wahana ekonomi kerakyatan yang harus terus dijaga keberlanjutannya.
Antusiasme Tinggi, Dampak Ekonomi Fantastis
Laporan resmi kemudian disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Laksmi Pratiwi. Ia menyebut tiga hal yang menandai suksesnya Pasar Kangen 2025: antusiasme masyarakat, dampak ekonomi signifikan, dan keterlibatan lintas pihak.
“Alhamdulillah, Pasar Kangen berjalan lancar dengan dukungan Dana Keistimewaan. Selama tujuh hari, pengunjung mencapai 217.365 orang, rata-rata 85.000 per hari. Angka ini membuktikan tingginya kerinduan masyarakat pada suasana Yogyakarta tempo dulu,” terang Dian.
Dari sisi ekonomi, 218 UMKM yang berpartisipasi berhasil meraih omzet total Rp5,48 miliar. “Terima kasih kepada semua yang nglarisi. Para UMKM tersenyum bahagia melihat dagangannya laris,” imbuhnya.
Tidak hanya ekonomi, dimensi seni dan kreativitas juga berkembang. Selama sepekan, 594 seniman tampil di panggung utama, sementara 225 peserta ikut dalam workshop di Pojok Kreatif TBY. “Ini menunjukkan komitmen kita mengembangkan talenta lokal sekaligus menggerakkan ekonomi budaya,” kata Dian menegaskan.
Momentum Strategis: Kerja Sama DIY–DKI
Puncak acara penutupan ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara Dinas Kebudayaan DIY dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Perjanjian tersebut ditandatangani langsung oleh Dian Laksmi Pratiwi dan Moch Miftahullah Tamary, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, disaksikan Sekda DIY dan Paniradya Kaistimewan.
Kerja sama ini bertujuan memperkuat sinergi pemajuan kebudayaan, meningkatkan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK), serta membuka jalan pertukaran seniman, pameran bersama, hingga program edukasi lintas daerah.
Sekda DIY Ni Made Dwipanti Indrayanti menilai kolaborasi ini lahir dari semangat Forum Daerah Istimewa dan Otonomi Khusus (FORDASI). “FORDASI adalah ruang yang mempertemukan daerah-daerah dengan kekhususan untuk merawat makna, menjaga jati diri, sekaligus memajukan kebudayaan bangsa,” tegasnya.
Menurutnya, pertemuan DIY dan DKI Jakarta adalah perjumpaan dua kekuatan budaya yang sama-sama kaya dan dinamis. “Saya percaya, kolaborasi ini akan melahirkan ruang kreasi baru, memperluas jejaring seni, dan memicu masyarakat makin bangga pada budayanya sendiri,” ujarnya.
Apresiasi, Harapan, dan Ruang Baru
Sekda juga menyampaikan apresiasi kepada panitia, pelaku UMKM, dan masyarakat yang memadati TBY hingga malam terakhir. Ia berharap Pasar Kangen terus berkembang dengan multiplier effect yang lebih luas.
“Malam ini memang malam terakhir di TBY, tetapi bukan berarti berhenti di sini. Bisa jadi Pasar Kangen hadir di tempat-tempat lain dengan warna berbeda yang memberi manfaat ekonomi lebih besar,” katanya memberi isyarat.
Kepala TBY, Purwiati, turut menegaskan tujuan utama Pasar Kangen tercapai, yakni pemberdayaan masyarakat. “Apresiasi publik luar biasa. Semoga tahun depan lebih meriah lagi,” ucapnya.
Sementara itu, petugas keamanan TBY memastikan penyelenggaraan berlangsung kondusif meski dipadati ratusan ribu pengunjung. Dengan sinergi Polri, TNI, dan masyarakat, situasi tetap terkendali. Mereka berjanji kondisi tahun depan akan lebih nyaman meskipun tahun ini sedikit terganggu oleh proyek pembangunan di area sekitar.
Musik, Nostalgia, dan Harapan Pengunjung
Suasana penutupan semakin meriah saat Band Lavora tampil dengan musik pop dangdut. Ribuan pengunjung, terutama anak muda, larut dalam irama sambil menikmati jajanan tradisional.
Bagi pengunjung, Pasar Kangen adalah ruang nostalgia sekaligus kuliner langka yang dirindukan. “Seru banget! Banyak jajanan lawas seperti clorot, es selendang mayang, dan mides. Rasanya enak dan harganya terjangkau,” kata Adel, pengunjung asal Yogyakarta.
Ia berharap durasi acara bisa lebih panjang. “Masih banyak orang yang ingin datang, tapi waktunya terbatas. Semoga tahun depan lebih lama,” ujarnya bersama rekannya, Azra.
Dengan total pengunjung lebih dari 217 ribu orang, omzet miliaran rupiah, ratusan seniman terlibat, serta langkah strategis kerja sama budaya antarprovinsi, Pasar Kangen 2025 menutup perjalanannya dengan catatan gemilang.
Lebih dari sekadar festival kuliner dan seni, Pasar Kangen kembali membuktikan dirinya sebagai ruang perjumpaan lintas generasi, penggerak ekonomi kreatif, sekaligus lokomotif pemajuan kebudayaan. Dari nostalgia masa lalu hingga kolaborasi masa depan, Pasar Kangen meninggalkan jejak optimisme.
Sampai jumpa di Pasar Kangen tahun depan!