(Yogyakarta, 4/9/2025) – Pameran Fotografi Rana Budaya #3: Still Culture resmi dibuka pada Kamis (4/9) di Gedung Militaire Societeit, Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Pameran tahunan yang berlangsung hingga 13 September 2025 ini menampilkan 150 karya fotografi terpilih dari 1.500 karya yang dikirimkan peserta dari berbagai penjuru Indonesia. Ajang ini meneruskan keberhasilan dua edisi sebelumnya yang selalu mendapat sambutan hangat dari publik pecinta seni dan fotografi.
Sebagai pusat kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Taman Budaya menghadirkan ruang apresiasi bagi masyarakat untuk menyelami nilai budaya melalui medium visual. Pameran ini tidak sekadar memajang foto, tetapi juga mengajak pengunjung untuk menelusuri jejak benda dan tradisi budaya, memahami transformasinya di masa kini, hingga membayangkan relevansinya di masa depan.
“Melalui pameran fotografi ini, kami berharap masyarakat dapat memperluas wawasan, menumbuhkan kecintaan terhadap budaya, serta mempererat silaturahmi antara seniman, komunitas, dan publik,” ujar Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Dra. Purwiati.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Laksmi Pratiwi, S.S., M.A., menekankan pentingnya fotografi sebagai medium dokumentasi kebudayaan.
“Pameran ini merekam objek-objek budaya yang kerap hadir di sekitar kita, namun detailnya sering luput dari perhatian. Karya-karya ini akan menjadi bagian dari arsip budaya yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” ungkapnya.
Fotografi sebagai Medium Pengarsipan Budaya
Tema Still Culture memberikan ruang kreatif bagi fotografer untuk menangkap detail budaya dari berbagai sudut pandang, mulai dari keseharian, arsitektur, hingga kuliner tradisional. Menurut kurator Budi Yuwono, tema ini memberikan kebebasan penuh kepada fotografer untuk berkreasi dan menciptakan cerita budaya dengan sudut pandang mereka sendiri.
“Dengan tema Still Culture ini, fotografer justru bisa menciptakan tema dan momen sendiri, tidak harus menunggu momen budaya tertentu seperti tahun lalu. Mungkin hal inilah yang membuat jumlah peserta membludak. Kami dari tim kurator mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya atas 1.508 foto yang sudah masuk dalam lomba fotografi ini,” ujar Budi.

Proses seleksi karya dilakukan secara ketat oleh dewan juri Aji Susanto Anom, Beawiharta, dan Shofia Utami, dengan penilaian berdasarkan kualitas teknis, kekuatan narasi visual, dan kesesuaian tema. Tim kurator yang terdiri dari Arsita Pinandita, Budi Yuwono, dan Rangga Purbaya turut merancang konsep pameran agar pengunjung dapat menikmati karya secara maksimal dan mendapatkan pengalaman artistik yang utuh.
Lima Karya Terbaik

Dari ratusan karya yang masuk, terpilih lima foto terbaik yang dinilai paling mewakili esensi Still Culture:
Muhammad Rizki Ridwan – Monumen Perjuangan Arek-Arek Suroboyo
Rahma Aisya Aprilia – Doctora Sstuff
Farid Arifandi – Makam Rodjo Niti
Fatimah Azzahrah – Tas Kecil Nenek
Gustiawardi – Teh Telur
Kelima karya ini tidak hanya unggul secara estetika, tetapi juga menyampaikan pesan budaya yang mendalam. Setiap foto menjadi catatan visual yang memperkaya arsip budaya dan menghadirkan perspektif baru terhadap warisan Nusantara.
Ruang Edukasi dan Inspirasi
Lebih dari sekadar pameran fotografi, Rana Budaya #3 hadir sebagai ruang edukasi budaya yang mempertemukan seniman, komunitas, dan masyarakat luas. Melalui pameran ini, pengunjung diajak melihat kembali benda-benda di sekitar mereka dengan sudut pandang berbeda, sekaligus menumbuhkan kecintaan terhadap warisan budaya bangsa.

Dengan kurasi ketat, konsep pameran yang matang, serta rangkaian karya berkualitas tinggi, Rana Budaya #3: Still Culture menjadi jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan budaya Nusantara.