(Yogyakarta, 3/6/2025) – Denting instrumen musik, harmoni suara, dan sorotan lampu panggung berpadu menciptakan malam yang tak terlupakan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY) pada Selasa malam (3/6/2025). Gedung pertunjukan berstandar nasional itu menjadi saksi semaraknya Orkestra Pop Jawa, sebuah kolaborasi megah antara musik tradisional berbahasa Jawa dan tata musik orkestra yang mewah dan kompleks.

Dengan kapasitas penuh, lebih dari 1.100 penonton, sebagian besar generasi muda memadati ruang pertunjukan yang megah dan berakustik prima itu. Tak hanya menyajikan hiburan, pertunjukan ini juga menjadi ajang kontemplasi kultural atas perkembangan musik Jawa dalam balutan orkestra modern.

Dipimpin oleh konduktor kondang Boris Sirait, panggung Concert Hall malam itu menyala dengan penampilan beragam musisi dari genre berbeda. Deretan nama seperti Bagus Faizal (vokalis Guyon Waton), King Gaseng, Hasantoys, Anto GNTZ (Jogja Hip Hop Foundation), Nufi Wardhana, Anting, Azid Dewa, hingga AFC Vokal TBY menyumbang suara, warna, dan emosi dalam alunan komposisi lagu-lagu berbahasa Jawa yang diaransemen ulang secara orkestra.

Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Dra. Purwiati, dalam sambutannya mengatakan bahwa pertunjukan ini merupakan realisasi dari program pengembangan taman budaya melalui Dana Keistimewaan. Dengan tema “Pop Jawa”, konser ini mencoba menyatukan lagu-lagu populer Jawa dari berbagai era ke dalam format orkestra yang elegan dan penuh kejutan.

“Setiap komposisi yang ditampilkan malam ini mewakili semangat zaman dalam sejarah budaya Jawa, dari masa kolonial, era perjuangan kemerdekaan, hingga zaman sekarang. Kami mengemasnya dalam format musik orkestra untuk menunjukkan bahwa musik lokal punya daya hidup dan ekspresi seni yang luar biasa,” jelas Purwiati.

Pembabakan komposisi dilakukan berdasarkan periode dan genre musik, dari gending Jawa, keroncong Jawa, campursari, hip hop, hingga dangdut, sebagai simbol dari dinamika dan keberagaman budaya musik Jawa. Tidak sekadar pertunjukan, konser ini juga menjadi wadah dialog kreatif antargenerasi. 

“Kami ingin mempertemukan kekayaan musikal tradisi lokal dengan struktur musikal orkestra yang megah dan kompleks. Ini bukan hanya panggung pertunjukan, tapi juga ruang menyemai ide, refleksi budaya, dan kolaborasi lintas disiplin,” tambahnya.

Dengan menghadirkan beragam musisi dari latar belakang berbeda, konser ini menjadi contoh konkret kolaborasi lintas gaya dan generasi, sekaligus membuktikan bahwa musik tradisi bisa hadir dengan wajah modern yang tetap menghormati akarnya.

Keberadaan Concert Hall TBY sebagai lokasi pertunjukan memberi nilai tambah tersendiri. Dengan akustik ruang yang dirancang khusus untuk pertunjukan musik skala besar, sistem tata cahaya profesional, dan panggung yang luas, venue ini menyempurnakan pengalaman menonton konser orkestra.

Sorotan cahaya berwarna-warni mengikuti alur lagu, memberikan atmosfer emosional yang mendalam pada tiap penampilan. Di beberapa bagian, aransemen orkestra berpadu harmonis dengan beat hip hop dan alunan khas campursari, membuat para penonton larut dan ikut menyanyi bersama.

Tak sedikit yang mengabadikan momen lewat ponsel, lalu membagikannya ke media sosial, membuat tagar #PopJawaTBY sempat menjadi perbincangan hangat di jagat digital Yogyakarta.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, SS. M.A., turut menyampaikan bahwa konser ini merupakan bagian dari upaya revitalisasi lagu-lagu berbahasa Jawa agar tetap hidup dan dicintai lintas generasi.

“Pop Jawa adalah identitas kultural kita sehari-hari. Lewat konser ini, kami ingin membangkitkan kembali semangat dari lagu-lagu lama yang dikemas ulang agar bisa dinikmati generasi muda. Dari masa kolonial hingga era modern, dari keroncong hingga hip hop, semuanya hadir dalam satu panggung megah,” ujarnya.

Dian juga menekankan pentingnya model kolaborasi pentahelix dalam ekosistem budaya: keterlibatan pemerintah, akademisi, pelaku seni, media, dan masyarakat untuk mendukung kelestarian budaya lewat pendekatan yang adaptif dan kreatif.

Pertunjukan ini memberikan gambaran baru bahwa musik orkestra bukan hanya milik klasik Barat, tetapi bisa menjadi ruang ekspresi dinamis bagi musik lokal. Dengan menggubah lagu-lagu populer Jawa dalam format orkestra, Taman Budaya Yogyakarta menawarkan wajah baru seni pertunjukan yang inklusif dan komunikatif.

Malam itu ditutup dengan standing ovation dari para penonton. Banyak yang menyampaikan kesan positif, termasuk harapan agar konser serupa bisa digelar rutin sebagai ajang pembelajaran dan apresiasi budaya.

Konser Orkestra Pop Jawa di Concert Hall TBY tak hanya menghibur, tapi juga menghidupkan semangat kebudayaan lokal dalam kemasan seni modern, menjadi pengingat bahwa seni tradisi bukan untuk disimpan di museum, tetapi terus ditumbuhkan di tengah kehidupan yang berubah.