(Yogyakarta, 11/10/2025) — Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menjadi ruang hidup bagi seni, refleksi, dan kesadaran diri melalui program Nandur Srawung #12. Dalam rangkaian acara bertajuk Eling | Awakening, Sabtu (11/10) lalu terselenggara program Nandur Waras dengan tajuk Mindfulness Food: Makan Kesadaran untuk Tubuh dan Bumi yang Seimbang.
Bertempat di Teras Nandur Waras, Gedung Militair Societeit, suasana sore itu terasa hangat dan penuh keakraban. Dipandu oleh Retno Redwindsock, seorang pegiat mindful eating dan pemerhati gaya hidup alami, para peserta diajak memahami kembali hubungan manusia dengan makanan, bukan sekadar urusan perut, melainkan jembatan antara tubuh, bumi, dan kesadaran diri.
Menyelami “Makan dengan Sadar”
Retno membuka sesi dengan ajakan sederhana namun mendalam: “Mari hadir sepenuhnya dalam proses makan.”
Ia menjelaskan bahwa praktik mindful eating bukan hanya tentang memilih makanan sehat, tapi tentang menghadirkan diri sepenuhnya dari cara kita menyiapkan, menyentuh, mencium aroma, hingga menyantap makanan dengan penuh kesadaran.

Dalam sesi tersebut, peserta belajar membuat sauerkraut, olahan fermentasi kubis asal Jerman yang terkenal kaya probiotik. Aktivitas ini menjadi simbol sederhana dari kesadaran: bagaimana sesuatu yang kecil seperti kol, garam, dan waktu bisa bertransformasi menjadi sumber kehidupan baru — sebagaimana tubuh manusia yang seimbang akan menumbuhkan kesehatan dari dalam.
Mikrobioma: Ekosistem Tak Terlihat dalam Tubuh
Dalam pemaparannya, Retno menekankan pentingnya menjaga keseimbangan tubuh melalui mikrobioma, komunitas bakteri baik yang berperan penting dalam metabolisme dan imunitas.
Ia membagikan kisah pribadi tentang seorang sahabat yang berhasil pulih dari kanker dengan memperhatikan pola makan dan memperbaiki mikrobioma tubuhnya.
“Teman saya kebetulan penderita kanker, dan dia berhasil melewatinya dengan cara tidak memberi makan kankernya. Jadi dibuat supaya kelaparan,” ungkap Retno.
Ia juga menyinggung hubungan mikrobioma dengan faktor keturunan, terutama dalam konteks kesehatan reproduksi.
“Penyakit bawaan atau mikrobioma dalam tubuh kita itu bisa menular, bahkan dari ibu atau bapak. Maka kita perlu memutus rantai itu, salah satunya dengan memperbaiki pola makan,” jelasnya.
Fermentasi: Makanan Hidup untuk Tubuh Sehat
Setelah sesi pemaparan, peserta diajak langsung mempraktikkan pembuatan sauerkraut. Dengan penuh semangat, Retno membimbing langkah demi langkah: mengiris kol, menambahkan garam, lalu memijatnya hingga mengeluarkan air alami — proses sederhana namun penuh makna.
“Fermentasi itu tidak hanya membuat makanan jadi awet, tapi juga memperkaya kandungan gizinya. Vitamin yang tadinya tidak ada bisa muncul, seperti vitamin B12 dan K2,” ujar Retno.

Usai praktik, peserta membawa pulang hasil fermentasi mereka sendiri, sekaligus mencicipi aneka makanan dan minuman fermentasi yang telah disiapkan. Momen ini menjadi ruang belajar dan berbagi pengalaman tentang bagaimana tubuh dapat “menyembuhkan diri” melalui makanan yang hidup dan alami.
Menanam Kesadaran bagi Generasi Muda
Di penghujung acara, Retno menyampaikan pesan yang menyentuh bagi para peserta muda.
“Generasi muda harus mulai menghargai dirinya sebagai jagat kecil, karena tubuh kita adalah semesta kecil di tengah jagat besar. Dengan makan secara sadar, kita menghormati kehidupan itu sendiri,” tuturnya.
Antusiasme peserta terlihat jelas dari ekspresi dan percakapan yang muncul di akhir acara. Salah satunya Sofia, yang hadir bersama temannya Yusnia.
“Aku ikut acara ini karena suka me-review makanan, jadi pengin coba hal baru,” ujar Sofia.
“Selain itu, program ini seru banget karena bisa ketemu teman baru dan sama-sama suka eksplor makanan,” tambah Yusnia.
Menanam “Eling” Lewat Rasa dan Proses
Melalui Nandur Waras, Nandur Srawung tak hanya menghadirkan ruang seni rupa, tetapi juga ruang batin tempat di mana manusia diajak “eling” kepada dirinya sendiri. Mindful eating menjadi wujud nyata dari tema besar Eling | Awakening, mengingatkan bahwa kesadaran tidak hanya lahir di panggung seni, tetapi juga di meja makan, dalam setiap suapan yang kita hadirkan dengan rasa syukur.

Program ini menegaskan bahwa seni dan kesadaran dapat tumbuh bersama, menanam nilai baru bagi generasi muda: bahwa menjaga bumi dimulai dari cara kita memperlakukan tubuh sendiri — dengan penuh perhatian, keseimbangan, dan cinta.