(Yogyakarta, 17/10/2024) - Rangkaian parade teater Linimasa#7 yang digelar pada tanggal Kamis, 17 Oktober 2024 kembali memukau penonton dengan penampilan yang kaya akan keberagaman dan keunikan. Hari kedua acara ini tidak kalah meriah dibandingkan dengan pembukaan kemarin, menghadirkan dua pertunjukan yang berbeda namun saling melengkapi, "Kota(k) Sampah" dari Teater Mlati dan "Titik Nol Km Berbisik di Kala Waktu Berisik" dari Kinemime Nusantara.

Pertunjukan dibuka oleh Teater Mlati dengan judul "Kota(k) Sampah", yang mengisahkan kehidupan sekelompok orang dengan beragam pekerjaan di sebuah tempat yang semakin terdesak oleh timbunan sampah. Cerita ini dimulai dengan gambaran kehidupan sehari-hari mereka yang tampak normal, namun seiring waktu, timbunan sampah mulai mengganggu kenyamanan tempat tinggal mereka. Keberadaan sampah yang terus bertambah membuat para tokoh saling menuduh satu sama lain, menciptakan ketegangan yang semakin memuncak.

Karya ini tidak hanya menggambarkan masalah lingkungan yang kian serius, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial di dalam masyarakat. Setiap karakter membawa beban emosionalnya sendiri, ditambah dengan konsep pemanggungan yang kaya akan visual artistik. Melalui gerak tubuh, puisi, dan musik, penonton diajak merasakan realitas kehidupan berdampingan dengan sampah. Bau dan dampak dari tumpukan sampah yang dibuang sembarangan digambarkan dengan sangat kuat, sehingga penonton dapat merasakan frustrasi dan keputusasaan yang mereka alami dari masalah sampah ini. Ketika truk datang untuk mengangkut sampah, momen ini menjadi harapan baru bagi para tokoh yang merasa masalah mereka akan teratasi. Namun, pertanyaan yang tersisa adalah apakah masalah itu benar-benar selesai, ataukah hanya disingkirkan sementara?

Setelah penampilan Teater Mlati, penonton disuguhkan dengan pertunjukan dari Kinemime Nusantara yang berjudul "Titik Nol Km Berbisik di Kala Waktu Berisik". Sebuah karya teater kontemporer yang menggabungkan berbagai elemen, termasuk teater fisik, mimik, dan gerak tubuh yang dinamis, serta sentuhan pantomime. Pertunjukan ini mengeksplorasi tema kerinduan akan tanah kelahiran di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. Penonton diajak dalam sebuah cerita tiga babak dengan masing-masing nuansa dan tema yang berbeda. 

Babak pertama menggambarkan perjalanan pulang para pekerja setelah seharian beraktivitas. Mereka masih mengenakan kostum kerja, mencerminkan beban yang mereka bawa. Musik lembut yang digunakan menciptakan suasana nyaman namun tetap menyiratkan kerinduan akan ketenangan. Pencahayaan hangat dan sedikit redup menyiratkan suasana malam hari, menggambarkan kelelahan setelah rutinitas yang melelahkan.

Di babak kedua, suasana berubah menjadi hiruk pikuk kehidupan modern. Musik dinamis dan suara-suara yang menciptakan tekanan menambah intensitas pertunjukan. Pakaian para pemain yang mencerminkan berbagai profesi menggambarkan kompleksitas tuntutan yang dihadapi oleh individu-individu di era modern. Pencahayaan yang terang dan dramatis menekankan suasana yang penuh tekanan, menciptakan rasa cemas yang terasa nyata bagi penonton.

Babak terakhir memperlihatkan pencarian pelarian dari rutinitas yang menjemukan. Suasana tempat wisata seperti titik nol kilometer menggambarkan keinginan untuk bebas dari kesibukan. Namun, meskipun nuansa terlihat ceria dengan pakaian mencolok dan musik bersemangat, ada nuansa kosong yang mengintai. Pencahayaan yang berlebihan mengingatkan penonton akan ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan dalam pelarian tersebut. Pertunjukan ditutup dengan pesan mendalam tentang pentingnya menemukan makna hidup yang sejati, bukan hanya sekadar pelarian sementara.

Hari kedua parade teater Linimasa#7 berhasil menunjukkan betapa kuatnya teater sebagai medium untuk menyampaikan pesan sosial dan emosional. Baik "Kota(k) Sampah" maupun "Titik Nol Km Berbisik di Kala Waktu Berisik" memberikan pengalaman yang mendalam bagi penonton, mengajak mereka untuk merenungkan masalah yang ada di sekitar kita. Melalui penggabungan elemen visual, musik, dan gerak tubuh yang dinamis, kedua pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi dorongan untuk berpikir lebih dalam tentang kehidupan dan maknanya. Dengan keberagaman tema dan gaya, parade teater ini menunjukkan betapa kaya dan berwarnanya dunia teater Indonesia saat ini.