Yogyakarta (22/04/2024) - Seni karawitan memiliki tempat istimewa dalam budaya Yogyakarta, tidak hanya sebagai warisan budaya yang kaya namun juga sebagai sumber data yang berharga. Inilah yang menjadi fokus dalam Sarasehan Masyarakat Karawitan Yogyakarta (MASKARYO) bertajuk "Karawitan Sebagai Data" yang diselenggarakan di Ruang Seminar, Taman Budaya Yogyakarta. Acara ini tidak hanya menjadi forum diskusi, tetapi juga panggung bagi para akademisi dan praktisi dalam bidang seni untuk berbagi wawasan, pengetahuan, dan pengalaman mereka tentang seni karawitan.

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Ibu Purwiati selaku Kepala Taman Budaya Yogyakarta, yang menekankan pentingnya sarasehan dalam mengembangkan pemahaman kolektif tentang seni dan budaya. Beliau berharap agar pertemuan ini dapat menjadi titik awal untuk lebih menghargai dan memahami kekayaan seni karawitan.

Salah satu narasumber yang hadir adalah Dr. Drs. R.M. Pramutomo, M.Hum., seorang akademisi pertunjukkan yang telah banyak berkontribusi dalam pengembangan dan pelestarian seni tradisional Jawa. Dalam paparannya, beliau membagikan pengalaman uniknya tentang penemuan arsip gendhing Jawa milik kakeknya K.R.T Wiroguna saat gempa tahun 2006 melanda D.I. Yogyakarta. Penemuan ini tidak hanya menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan mengarsipkan dokumen-dokumen seni, tetapi juga mengilhami penelitian lebih lanjut tentang seni karawitan di masa lalu.

Selain itu, acara ini juga mengundang Dr. Citra Aryandari, S.Sn., M.A., akademisi seni musik yang berbakat, membawa peserta pada perjalanan konseptual yang mendalam. Beliau mengulas tentang konsep dekonstruksi tubuh Jawa melacak jejak kolonialisme dalam praktik karawitan, menyoroti bagaimana sejarah dan konteks kehidupan mempengaruhi cara pandang dalam memahami dan mengalami seni karawitan. Diskusi ini membuka pandangan baru tentang relevansi seni karawitan dalam masyarakat kontemporer.

Anon Suneko, M.Sn., seorang praktisi karawitan yang berdedikasi, menyajikan pemikiran mengenai pentingnya memandang karawitan sebagai sumber data yang tak ternilai. Dalam paparannya, menekankan vitalitas karawitan dalam konteks kontemporer, serta peran pentingnya dalam memperkaya dan merawat identitas budaya jawa khususnya karawitan.

Sarasehan MASKARYO ini tidak hanya menjadi ajang untuk bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan, tetapi juga sebagai langkah nyata dalam menjaga kelestarian dan memahami potensi seni karawitan melalui transmisi dan pengelolaan data yang baik. Semoga perbincangan ini menjadi pijakan bagi langkah-langkah lebih lanjut dalam memajukan seni karawitan di Daerah Istimewa Yogyakarta.