Yogyakarta (7/32024) - Taman Budaya Yogyakarta menjadi saksi penyelenggaraan sebuah sarasehan sastra yang luar biasa, bertajuk "Sastra dan Disabilitas". Acara ini tak hanya mengundang peserta dari berbagai latar belakang, tetapi juga menyambut dengan hangat kehadiran mereka yang berkebutuhan khusus, seperti disabilitas tuli dan tuna netra. Dalam rangkaian acara yang dipimpin oleh Kepala TBY, Purwiati, terbentanglah komitmen yang kokoh untuk menciptakan ruang inklusif bagi semua individu, tak terkecuali mereka yang memiliki disabilitas, agar dapat menyalurkan bakat dan kreativitas mereka dalam bidang sastra.

Purwiati dengan tegas menekankan urgensi memberikan kesempatan yang sama bagi teman-teman disabilitas untuk berkarya sebagaimana halnya seniman lainnya. Lewat terciptanya ruang-ruang inklusif semacam ini, diharapkan disabilitas dapat merasakan peningkatan dalam rasa percaya diri mereka dalam berkarya, sekaligus mendapatkan penghargaan atas karya-karya yang mereka hasilkan.

Namun, sarasehan ini tidak hanya sebatas diskusi belaka. TBY juga menawarkan ruang bagi para disabilitas melalui kegiatan pameran dan pertunjukan seni. Tujuannya sangat jelas memberikan wadah bagi mereka untuk memamerkan karya-karya mereka dan menerima apresiasi dari masyarakat luas.

Pesona sarasehan semakin terasa lewat kehadiran para narasumber dari berbagai latar belakang. Salah satunya adalah Irwan Dwi Kustanto, seorang penulis tunanetra, yang dengan penuh semangat menyampaikan bahwa sastra adalah salah satu sarana bagi dirinya untuk berekspresi. Sementara itu, Broto Wijayanto, seorang alumnus seni, memukau hadirin dengan sebuah puisi yang disampaikan secara langsung oleh dua orang tuli melalui bahasa isyarat.

Salah satu peserta sarasehan, Ryan Ardyansyah, menyoroti pentingnya adanya ruang-ruang inklusif semacam ini dan berharap agar lebih banyak masyarakat yang bersedia mempelajari bahasa isyarat. Menurutnya, langkah tersebut akan membuka pintu komunikasi yang lebih baik antara orang-orang dengan disabilitas tuli dan masyarakat umum.

Sarasehan "Sastra dan Disabilitas" bukanlah sekadar acara biasa. Kegiatan ini adalah langkah konkret dalam mewujudkan inklusi dan kesetaraan bagi semua individu, tanpa terkecuali. Dengan semangat kebersamaan, Taman Budaya Yogyakarta membuktikan bahwa sastra bukanlah milik segelintir orang saja, tetapi adalah warisan budaya yang harus dinikmati dan diakses oleh semua orang, di mana pun mereka berada.