Yogyakarta (7/3/2024) - Konser musik "Ndang Tak Gong" yang diselenggarakan di Concert Hall menjadi sorotan para pecinta seni dan budaya. Pertunjukan yang digelar tersebut menghadirkan karya-karya musik karawitan dari tiga komposer muda berbakat asal Jogja, Sabatinus Prakasa, Wahyu Agung, dan Ponang Mardugandang.
Karawitan sebagai salah satu bentuk seni musik tradisional Jawa, telah menjadi bagian integral dari budaya dan warisan musik Indonesia. Namun, konser ini menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar penghargaan terhadap tradisi tersebut. Dengan kehadiran karya-karya yang disusun oleh ketiga komposer muda ini, Ndang Tak Gong berhasil memberikan sentuhan segar dan interpretasi yang unik terhadap warisan musik tradisional tersebut.
Pada pembukaan Ndang Tak Gong, Sabatinus Prakasa memimpin sebuah pertunjukan karawitan yang menampilkan para pemain dengan topeng dalam karyanya berjudul "Dimension". Sabatinus menjelaskan bahwa karyanya menggambarkan perjalanan melintasi ruang dan waktu dengan unsur musik yang terus berubah dalam ritme dan tempo. Penggunaan topeng oleh para pemain menambahkan elemen misteri yang tak terduga dalam penampilan mereka. Karyanya berhasil menciptakan suasana yang memikat para penonton, sekaligus menggugah rasa keingintahuan akan perpaduan antara ruang dan waktu dalam seni musik.
Wahyu Agung menghadirkan sebuah pertunjukan musik karawitan yang luar biasa, dengan menggunakan alat-alat yang ia ciptakan sendiri dari pipa besi hitam bekas bengkel. Dalam pertunjukan yang berjudul "Tang Ting Tung Teng Tong", ia mengubah pipa dengan berbagai ukuran dan panjang menjadi sumber bunyi yang mengingatkan pada gamelan tradisional. Wahyu Agung berhasil menemukan laras atau nada yang hampir sama dengan pelog gamelan Jawa, sambil mempersembahkan alat-alat permesinan dari bengkel. Para musisi yang ikut serta dalam pertunjukan ini menjelajahi panggung dengan gaya unik mereka masing-masing, memberikan dimensi baru pada pengalaman musik tersebut.
Ponang Mardugandang, yang dikenal dengan kecintaannya pada warisan musik tradisional Jawa, mengakhiri konser dengan sebuah penampilan yang penuh semangat dan kekuatan. Karyanya memancarkan energi yang memikat, sekaligus menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan dan pelestarian seni musik tradisional. Melalui konser ini, Ndang Tak Gong tidak hanya berhasil memberikan penghargaan kepada tradisi musik karawitan, tetapi juga membuktikan bahwa warisan budaya dapat terus hidup dan berkembang melalui sentuhan kreatif dan inovatif para seniman muda. Dengan menghadirkan karya-karya yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia, konser ini menjadi bukti nyata akan kekuatan dan relevansi seni musik tradisional dalam konteks zaman yang terus berubah.