Yogyakarta (23/04/2024) - Masyarakat Tari Yogyakarta (MASTARTO) menggelar sarasehan terkait Tari Angguk. Penyelenggaraan berlangsung di Ruang Seminar, Taman Budaya Yogyakarta dengan bertajuk "Menggali Kompleksitas Tubuh dan Ndadi dalam Angguk," menyoroti aspek yang jarang dibahas dalam dunia seni pertunjukan Indonesia.
telah menghiasi panggung kesusastraan Indonesia.
Sarasehan tersebut menghadirkan narasumber berkompeten di bidangnya untuk membahas kedalaman makna tubuh “ndadi” dalam seni Tari Angguk, tarian tradisional Jawa yang kaya akan makna, tidak hanya menjadi hiburan semata bagi para penikmatnya. “Ndadi” menyiratkan perubahan kondisi spiritual dan fisik penari, menjadi inti perbincangan ini. Acara yang diikuiti oleh para akademisi dan praktisi tari sangat begitu antusias untuk saling belajar serta saling berdiskusi mengenai topik ini.
Dr. St. Sunardi, Dosen Ilmu Religi dan Budaya dari Universitas Sanata Dharma, membawa para peserta dalam interpretasi psikoanalisis tentang fenomena tubuh “Ndadi” dalam konteks seni Tari Angguk. Kompleksitas Ndadi tidak hanya terletak pada gerakan fisik penari, tetapi juga pada pengalaman spiritual yang mendasarinya. “Penari mengalami kondisi-kondisi yang berbeda saat ndadi, mulai dari trance (kerasukan) hingga spirit possession. Hal ini mencerminkan berbagai dimensi kontrol dan kesadaran tubuh manusia.” ujar Sunardi
Sri Wuryanti selaku pendiri dan pelaku Tari Angguk Sripanglaras, membawa pengalaman langsung dalam memahami esensi dari "Ndadi". “Dalam Tari Angguk, Ndadi tidak hanya merupakan bentuk penyampaian pertunjukan, tetapi juga merupakan titik pertemuan antara manusia dengan roh, nenek moyang, dan lingkungan sekitar sehingga menjadi bumbu serta daya tarik penonton” kata Sri Wuryanti.
Selain itu, Aprilia Wedaringtyas dan Galih Prakasiwi membawa perspektif praktis dan akademis yang memperkaya diskusi. Dalam babak, adegan, dan kondisi tertentu, penari mengalami Ndadi yang memengaruhi gerakan dan ekspresi mereka. Keunikan Tari Angguk terletak pada karakteristik khas Ndadi yang tidak ditemukan dalam seni pertunjukan lainnya. Ndadi dalam Tari Angguk tidak hanya terkait dengan aspek personal, tetapi juga dengan variasi dalam kemampuan kontrol dan kesadaran tubuh yang memengaruhi penyajian pertunjukan secara keseluruhan. Gerakan yang timbul saat mengalami "Ndadi" bukan hanya hasil dari teknik gerak Tari Angguk, melainkan juga dipengaruhi oleh karakteristik dan ekspresi individual para penari.
Sarasehan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang tari tradisional Jawa, tetapi juga mengajak untuk merenungkan kompleksitas tubuh dan spiritualitas manusia. Pengingat akan kekayaan budaya Indonesia yang tersembunyi di dalam setiap gerakan Tari Angguk, serta pentingnya untuk melestarikan dan memahami lebih dalam warisan budaya tersebut.