(Yogyakarta, 10/6/2025) — Suasana penuh khidmat dan semangat menyelimuti Pendopo Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Selasa, 10 Juni 2025. Hari itu bukan hanya menandai peringatan bersejarah “Jogja Kembali”, tetapi juga menjadi momen istimewa perayaan Hari Ulang Tahun Dinas Kebudayaan DIY. Acara yang berlangsung hangat dan sarat makna ini dihadiri oleh seluruh keluarga besar Dinas Kebudayaan DIY, termasuk para pegawai dari Museum Negeri Sonobudoyo, Taman Budaya Yogyakarta, serta Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi.
Peringatan “Jogja Kembali” menjadi refleksi mendalam atas semangat perjuangan, kedaulatan, dan jati diri budaya Yogyakarta. Diperingati setiap tahun, momen ini mengingatkan masyarakat akan peristiwa kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta pada tahun 1949 setelah Agresi Militer Belanda. Nilai-nilai heroisme dan nasionalisme itu kini direfleksikan kembali dalam konteks pelestarian budaya, seiring dengan peringatan hari jadi institusi yang menjadi benteng penjaga warisan budaya Yogyakarta.
Semangat Pelestarian Budaya
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menyampaikan apresiasi kepada para pendahulu yang telah membangun pondasi kuat bagi institusi ini. Ia menyampaikan bahwa perjalanan panjang Dinas Kebudayaan tidak lepas dari peran besar para pemimpinnya terdahulu.
“Dengan semangat Jogja Kembali, hari ini kami memajang foto-foto para pendiri dan kepala dinas dari masa ke masa. Ini bukan sekadar mengenang, tapi juga bentuk penghormatan kami atas perjuangan mereka dalam menjaga dan merawat kebudayaan Yogyakarta,” ujar Dian Lakshmi Pratiwi.
Tak hanya itu, Dian juga memberi semangat kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang baru bergabung, agar terus menyalakan api semangat kebudayaan dalam diri mereka. Ia menekankan bahwa bekerja di Dinas Kebudayaan tidak hanya soal administrasi, tapi juga soal roso (rasa), rembug (musyawarah), dan tanggung jawab moral terhadap budaya.
“Karakter dan etos kerja Dinas Kebudayaan berbeda dengan OPD lainnya. Kami bekerja dengan roso, rembug, dan responsif. Jika ingin tahu seperti apa Dinas Kebudayaan itu, jawabannya ada dalam lirik Mars Dinas Kebudayaan DIY,” tambahnya.
Kolaborasi Kreatifitas Lintas Unit
Acara peringatan ini juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan dari unit-unit di bawah naungan Dinas Kebudayaan DIY. Pegawai dari Museum Negeri Sonobudoyo, Taman Budaya Yogyakarta, hingga Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi menampilkan performa seni dan budaya yang memadukan tradisi dengan nuansa kekinian.
Masing-masing unit menyuguhkan kreativitas yang mencerminkan bidang kerja mereka mulai dari pertunjukan tari klasik, pameran dokumentasi sejarah kebudayaan, hingga instalasi multimedia yang menampilkan filosofi budaya Yogyakarta. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya tidak hanya terpatri dalam dokumen atau wacana, tapi hidup dan berkembang melalui karya nyata pegawai dan pelaku budaya.
Selain pertunjukan seni, suasana keakraban tampak dalam berbagai kegiatan kebersamaan yang diadakan untuk mempererat hubungan antarpegawai. Dalam balutan busana tradisional, suasana penuh kekeluargaan menciptakan rasa kebersamaan dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Yogyakarta.
Penghargaan untuk Para Penjaga Budaya
Di penghujung acara, penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah turut menjaga dan mengembangkan kebudayaan di DIY. Baik dari kalangan internal maupun eksternal, seluruh elemen yang selama ini mendukung kerja-kerja kebudayaan diapresiasi secara terbuka.
Dinas Kebudayaan DIY menegaskan komitmennya untuk terus melanjutkan perjuangan menjaga identitas budaya daerah, tidak hanya melalui program kerja formal, tetapi juga dengan membangun kesadaran budaya di tengah masyarakat, khususnya generasi muda.
“Peringatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi momentum untuk memperkuat tekad kita bersama. Bahwa menjaga budaya adalah bagian dari menjaga marwah Yogyakarta sebagai daerah istimewa yang berakar pada nilai dan sejarahnya,” pungkas Dian Lakshmi.
Dengan berakhirnya peringatan Jogja Kembali dan HUT Dinas Kebudayaan DIY ini, tersulut kembali kobaran semangat yang akan menjadi bekal dalam karya, kerja, dan pelayanan kebudayaan ke depan. Yogyakarta, dengan seluruh kekayaan dan keunikannya, terus melangkah dengan langkah teguh menjaga warisan leluhur demi masa depan yang berbudaya.