(Yogyakarta, 8/9/2025) – Apa yang membuat satu foto mampu memikat hati juri dalam sebuah lomba fotografi? Pertanyaan itu menjadi benang merah dalam Gelar Wicara “Di Balik Lensa” yang digelar pada Senin (8/9) di Amphi Theater Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Acara ini menghadirkan fotografer profesional Galih Putra Utama dan Sahite Firdaus sebagai narasumber, dengan Eugenia sebagai moderator yang memandu jalannya diskusi.

Suasana diskusi terasa hangat sejak awal. Para peserta, yang berasal dari berbagai latar belakang—mulai dari pelajar, mahasiswa, fotografer pemula, hingga fotografer profesional—antusias mendengarkan pengalaman para narasumber. Gelar wicara ini dirancang sebagai ruang berbagi wawasan dan strategi, khususnya bagi mereka yang tertarik mengikuti kompetisi fotografi, baik yang bersifat dokumentasi, promosi, maupun karya kreatif.

Galih Putra Utama menekankan bahwa mengikuti lomba fotografi sejatinya mirip dengan mempresentasikan sebuah produk kepada klien. “Fotografi kompetisi bukan hanya tentang mengabadikan momen, tetapi tentang memenuhi ekspektasi tema yang diberikan panitia. Kita harus cermat membaca situasi lokasi, memilih objek yang sesuai, dan mengeksplor angle yang tepat agar hasil foto bisa memikat pihak penyelenggara,” ujar Galih. Menurutnya, keterampilan teknis saja tidak cukup; fotografer perlu memiliki kepekaan untuk menangkap nilai dan cerita di balik sebuah momen.

Sementara itu, Sahite Firdaus menyoroti perbedaan fokus antara jenis lomba fotografi. Ia menjelaskan bahwa lomba yang berorientasi pada promosi atau branding biasanya menuntut fotografer untuk mengutamakan tampilan produk atau citra yang ingin ditonjolkan. “Kalau lomba fotografi untuk promosi, branding itu nomor satu. Sedangkan lomba yang sifatnya fun atau untuk meramaikan acara biasanya lebih menekankan suasana ramai, keceriaan, dan tingginya partisipasi peserta,” katanya. Pemahaman akan tujuan lomba ini, menurut Sahite, penting agar fotografer bisa menyesuaikan konsep visual sejak awal.

Diskusi yang berlangsung selama dua jam ini tidak hanya berisi teori, tetapi juga pengalaman nyata dari para narasumber. Keduanya berbagi tips teknis, seperti pentingnya mengenali pencahayaan alami di lokasi, memanfaatkan latar belakang untuk memperkuat cerita, hingga kecepatan membaca situasi saat lomba on the spot. Beberapa peserta pun aktif bertanya, mulai dari teknik memotret di keramaian, cara mengelola portofolio, hingga tips mengikuti lomba di tingkat nasional.

Moderator Eugenia berhasil mengarahkan jalannya diskusi dengan luwes, sehingga percakapan mengalir santai namun sarat informasi. Ia juga menghubungkan perspektif peserta dengan pengalaman penyelenggara lomba, menciptakan suasana diskusi yang interaktif.

Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan fotografi di Taman Budaya Yogyakarta, yang bertujuan memberi ruang bagi komunitas fotografer untuk berbagi pengetahuan sekaligus memperluas jaringan. Banyak peserta mengaku mendapatkan inspirasi baru, terutama dalam memandang kompetisi fotografi tidak hanya sebagai ajang unjuk karya, tetapi juga sarana belajar dan pengembangan diri.

Dengan atmosfer diskusi yang bersahabat namun penuh insight, Di Balik Lensa berhasil memberikan bekal berharga bagi peserta untuk meracik foto yang tak hanya indah secara visual, tetapi juga memiliki daya tarik kuat di mata juri.